Senin, 14 November 2011

Membangun Komunikasi Efektif


Hari ini kelompok bermain berkunjung ke KRI yang ada di daerah Surabaya Utara. Anak begitu senang melihat berbagai jenis dan ukuran kapal yang sedang berlabuh. Mereka bercanda dan berceloteh riang mengenai kapal-kapal tersebut. Sungguh menyenangkan melihat anak-anak yang riang gembira.

Udara memang cukup panas. Matahari bersinar sangat terang, hingga kami semua kegerahan, terutama para orangtua dan guru. Namun hal ini tampaknya tidak mengurangi keceriaan anak-anak. Mereka tidak menghiraukan teriknya matahari dan panasnya udara. Mereka terus berlarian kian kemari.Namun demikian, ada beberapa orangtua yang ternyata kurang begitu sabar menghadapi kegembiraan dan keingintahuan anak.
Saya mendengar Ani berkata kepada ibunya, “Bu, ayo kita ke sana... Aku mau lihat patung besar itu lho... Ayo, bu...” Ani merengek sambil menarik-narik tangan ibunya, lalu ibunya menjawab (sambil mengerutkan dahi),”... Aduh... Nih anak nakal banget seh... Nggak tahu panas ya? (Ibu membentak Ani supaya diam). Ani pun terdiam tanpa berani merengek lagi. Wajah Ani tampak murung dan tak lepas dari patung besar yang ada di kejauhan. Saya sedih melihat Ani yang terdiam karena jawaban ibunya yang kurang bersahabat.

Tak lama, saya mendengar Anto menangis. Saya menoleh. Saya melihat ibunya marah-marah, karena ternyata Anto  berlarian ke sana kemari. Ibunya mengatakan (sambil membentak), “... kamu kok nakal sih, diam kenapa? Nggak bisa, ya...” Ibunya kemudian menarik tangan Anto dan menyuruhnya duduk diam, sementara dia ingin berlari ke arah teman-temannya yang sedang melihat kapal. Saya menarik napas panjang.

Betapa mudah orangtua memberikan label  nakal kepada anak-anak. Sangat mudah. Setiap keinginan atau perilaku anak yang tidak sesuai dengan kehendak orangtua diberikan label nakal. Label nakal ini seorang terlukis pada dahi anak, dengan tinta merah yang tebal.

Kita mungkin lupa, bahwa label ini berpengaruh terhadap perkembangan anak. Label ini memberikan indikasi pada diri anak bahwa dia nakal dan apabila diulang secara terus menerus akan menguatkan citra diri yang negatif  pada anak. Selain label nakal, ada sederetan label lainnya yang biasanya diberikan kepada anak, seperti bandel, cerewet, tidak bisa diatur, pemarah, cengeng dan sebagainya.

Pemberian label semacam inilah yang sebaiknya dihindari, terutama ketika kita berkomunikasi dengan anak. Kita hendaknya mengembangkan komunikasi positif dengan anak. Komunikasi yang positif dapat membangun citra diri anak yang positif pula.

Di samping itu, komunikasi yang positif dapat mengembangkan kemampuan anak untuk berinteraksi secara positif pula, membangkitkan kreativitas, imajinasi, hubungan sosial dan mengembangkan daya pikir anak.
Sebagaimana kasus Ani di atas, bila orangtua mengembangkan komunikasi positif dengan memberikan pengertian bahwa udara sangat panas dan sebaiknya berteduh, akan membangun pengertian dan daya pikir anak, bahwa ketika cuaca panas, sebaiknya kita berlindung, karena sinar matahari kurang baik bagi tubuh kita saat itu. Atau dengan mencoba membangun pemahaman bahwa anak boleh melihat patung, tetapi menuju ke sana dengan berjalan pelan-pelan karena orangtua sudah kelelahan, akan membangun rasa empati pada anak.
Kita tidak akan pernah tahu, apa yang akan ditemukan oleh anak ketika dia mengamati patung dari dekat. Mungkin saja akan terbangun pengetahuan dan pengalaman baru yang berharga bagi anak, dan mungkin ini sesuatu yang luar biasa. Kita tidak akan pernah tahu, sampai anak betul-betul melakukan pengamatan dari dekat.

Demikian pula dengan kasus Anto di atas. Keingintahuannya terhadap kapal mungkin bisa membangun berbagai hal baru yang berguna. Pengamatannya terhadap kapal mungkin akan memberikan dasar-dasar sains yang berharga.

Sungguh, kita sebagai orangtua perlu mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara efektif dengan putra-putri kita. Komunikasi inilah yang akan membuat hubungan kita terjalin erat dengan mereka hingga mereka dewasa kelak. (Salam, Ayu).

Kau tinggalkan aku
Ketika aku ingin engkau rengkuh
Maka, jangan kau salahkan aku,
Bila aku pergi, ketika engkau ingin aku rengkuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar