Senin, 14 November 2011

BAHASA CINTA


Cinta bukankah cinta, hingga  kita membagikannya kepada dunia

Allah SWT menciptakan manusia dengan kesempurnaan yang luar biasa. Kesempurnaan itu salah satunya terwujud dalam makhluk mungil yang bernama BAYI. Bayi merupakan karunia Illahi yang terindah, yang dititipkan kepada setiap orangtua agar dicintai, dirawat dan dididik menjadi manusia paripurna yang berguna bagi sesama dan dunia.
Dari hari ke hari, makhluk mungil itu tumbuh dan berkembang. Tawa dan tingkahnya yang lucu senantiasa menggetarkan dunia dan nurani setiap insan yang berada di dekatnya. Semakin hari, kebutuhannya bertumbuh, keinginannya untuk memahami  dunia semakin berkembang, sehingga banyak orangtua kebingungan untuk menyikapi dan memenuhinya.
Sang bayi belum mampu secara utuh mengkomunikasikan kebutuhannya kepada orangtua, sehingga diperlukan kepekaan setiap orangtua untuk untuk memahami. Dalam perjalanannya, banyak hal yang kurang atau bahkan tidak dipahami orangtua.
Ketidakpahaman bisa berbalik menjadi kesedihan, bahkan tragedi. Makhluk mungil tidak lagi tertawa ceria, namun menangis tiada henti. Orangtua menjadi panik, karena tak mampu mengatasi, sementara dunia menuntut terlalu banyak kepada orangtua. Merawat sang bayi, memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, persaingan dalam dunia kerja, lingkungan yang tidak mendukung, adalah sebagian kecil dari tuntutan terhadap orangtua. Lalu, bagaimanakah seharusnya? Apa yang harus dilakukan?
Sesungguhnya, makhluk mungil tersebut hanya memerlukan satu hal dalam hidupnya. Satu hal yang berada dalam jiwa paling dalam, yaitu CINTA. Cinta yang sepenuh hati, bukan setengah hati atau bahkan tanpa hati. Cinta yang tulus, terungkap dalam BAHASA CINTA yang ikhlas, tanpa dibuat-buat dan tanpa imbalan. Cinta inilah yang akan membuat sang bayi terus tumbuh dan berkembang serta siap menghadapi dunia.
Ketika CINTA terlimpah kepada sang bayi, sel-sel sarafnya yang mungil dan terus berkembang, menerima sinyal positif, yang dapat memberikan ketenangan, keamanan dan kenyamanan. Kondisi inilah yang memungkinkan terstimulasinya seluruh aspek pertumbuhan dan perkembangan, hingga menjadi anak yang memiliki kecerdasan luar biasa.
CINTA adalah fondasi utama kehidupan sang bayi. Cinta orangtua mampu mengatasi segala rintangan yang mungkin dihapai oleh sang bayi sepanjang rentang kehidupannya. Cinta adalah kekuatan utama untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Lalu, bagaimanakah bahasa cinta diungkapkan? Bahasa cinta diungkapkan melalui kejujuran, kelembutan, dan kepedulian dalam bentuk kehalusan budi bahasa dan perilaku. Dengan demikian, bahasa cinta ditunjukkan dalam bentuk pola pikir, pola sikap, pola bahasa dan pola perilaku, secara eksplisit.
Pola pikir tersembunyi dari diri setiap orang, mewujud dalam pemikiran dan persepsi  tentang kehadiran sang bayi dalam sepenggal kehidupan kita sebagai orangtua. Apakah sang bayi adalah anugerah, pengganggu privasi atau tak diharapkan kehadirannya, ada dalam pola pikir kita masing-masing, sehingga membentuk pola sikap kita terhadap sang bayi. Apakah kita tanggap terhadap kebutuhannya, mengabaikan atau bahkan melalaikan, tergantung pada pola sikap kita.
Pola bahasa terwujud dalam tutur kata kita sehari-hari. Ketika kita dihadapkan dengan pertanyaan, seberapa banyakkah dalam sehari kita mengucapkan :”Aku sayang kamu”, “Aku cinta kamu”, apakah kita dengan jujur berani mengatakan, “Setiap saat” atau bahkan “Tidak pernah sama sekali”. Cinta harus diungkapkan, agar kita tidak lupa bahwa kita selalu mencintainya, dan bahwa sang bayi juga tahu, bahwa dunia bahagia menyambut kehadirannya dengan limpahan cinta tanpa batas.
Pola tindakan terwujud dalam perilaku kita ketika berinteraksi dengan sang bayi. Ini adalah tindakan nyata, bisa berupa pelukan, ciuman, atau bentuk-bentuk perilaku yang lain, dan bisa jadi kita menunjukkan perilaku negatif, misalnya mencubit, memukul, yang dapat melukai sang bayi, baik secara fisik maupun psikis. Perilaku negatif inilah yang harus dihindari.
Melalui tulisan ini, saya ingin menggugah nurani setiap orangtua, karena pada dasarnya, kita semua adalah orangtua, baik orangtua biologis dari anak-anak kandung kita, maupun orangtua sosial dari setiap anak yang berada di lingkungan kita. Setiap orangtua adalah pendukung utama bagi setiap bayi dalam menapaki belantara kehidupan. Bila kita menampilkan perilaku positif, maka akan menciptakan spiral positif. Spiral positif inilah yang mampu mewujudkan kehidupan masa depan yang lebih baik. Spiral positif adalah lingkaran cinta dalam setiap nurani. Setiap CINTA akan menumbuhkan cinta yang lain, yang jauh lebih kokoh.
Sebaliknya, perilaku negatif akan menciptakan spiral negatif. Spiral negatif hanya akan mewujudkan dunia yang semakin carut marut, masa depan yang kacau dan kehidupan yang semakin tidak seimbang. Spiral negatif hanya akan menciptakan masyarakat yang kurang atau bahkan tidak beradab. Tentunya kita tidak ingin ini terjadi, karena masyarakat yang tidak beradab adalah masyarakat yang berada di tepi jurang kehancuran yang sangat curam.
Jadi, marilah kita mulai dari diri kita sebagai orangtua. Tebarkanlah bahasa CINTA kepada setiap bayi, sehingga mereka juga akan menebarkan bahasa CINTA kepada dunia. CINTA adalah dalam nurani setiap orangtua, karena pada dasarnya setiap orangtua memiliki fungsi luhur, hanya tinggal memanifestasikan dalam pola pikir, pola sikap, pola bahasa dan pola perilaku.

Kita tidak dapat menunggu hingga esok tiba. Hari ini, detik ini, kita harus memulai. Bayi-bayi kita adalah hari ini. Badannya dibentuk, jiwanya diukir. CINTA tidak dapat ditunda, karena penundaan hanya akan membuat cinta kehilangan makna hakikinya. MARI BERSAMA-SAMA KITA MULAI DETIK INI JUGA. Semoga kita menjadi orangtua yang kokoh dalam menebarkan cinta kepada dunia. (Salam Cinta... Ayu)

Cinta adalah pengorbanan dan perjuangan yang tiada henti.
Cinta memancarkan cahaya dan energinya kepada semesta tanpa pamrih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar