Tulisan singkat saya
kali ini hanya ingin membuka kembali pemahaman kita tentang STEM, yang mungkin
sudah terkubur dalam-dalam, sehingga harus kita gali kembali.
Apakah STEM?
STEM? Apakah itu?
Sesuatu yang baru? Kurikulum Baru? Atau apakah itu? Saat ini banyak yang kaget
dengan STEM, lalu tergopoh-gopoh, dan kebingungan.
STEM adalah akronim
dari Science, Techonolgi, Engineering, Math.
Ada yang mengatakan
ini pendekatan pembelajaran, ada pula yang mengatakan bahwa ini adalah isi
(content). Hal ini saja sudah membuat kebingungan. Tapi, mari kira urai sedikit
demi sedikit, sehingga kita tidak selalu terkejut dan bahkan shock dengan
beragam istilah dan hal-hal yang “dianggap baru”.
STEM adalah cara
berpikir yang dapat membantu anak untuk mengintegrasikan pengetahuan lintas
disiplin, mendorong anak berpikir secara holistik dan komprehensif dengan
menghubungkan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya.
STEM ada dimana-mana
dan digunakan dimana-mana. Di rumah, di sekolah, di lingkungan masyarakat, di
sawah, di ladang, di kebun, di setiap sisi kehidupan kita, ada STEM.
ANAK MELAKUKAN STEM SETIAP HARI.
Masih banyak
persepsi bahwa STEM harus dilakukan dengan eksperimen/percobaan, dan memerlukan
peralatan yang banyak dan mahal. Itu adalah persepsi yang TIDAK BENAR.
Terbuka dengan
beragam pertanyaan anak, dan menggali keingintahuan anak, memberikan berbagai
pertanyaan terbuka, yang merangsang anak untuk berpikis logis, kritis,
analitis, sintesis dan evaluatif, adalah pintu
untuk mengembangkan konsep STEM pada diri anak setiap hari.
Memberikan
kesempatan kepada anak untuk menghubungkan berbagai peristiwa, merangkai
berbagai aktivitas kreatif, dan mencipta adalah cara untuk memperkuat konsep
STEAM. Lingkungan tempat anak tinggal dan aktivitas sehari-hari, adalah bengkel
kerja bagi anak. Di situlah STEAM akan muncul dan berkembang.
Jadi, permasalahan
utama tidak munculnya STEM pada anak adalah KURANGNYA KESEMPATAN (Kesempatan
untuk menanya, kesempatan untuk bereksplorasi, kesempatan untuk
mengamati/ berinteraksi/ menemukan/ merangkai/ berkreasi/ meneliti/ mencipta).
Kurangnya kesempatan
ini timbul salah satunya karena masih belum mampunya orang terdekat anak
(orangtua atau guru) untuk menggali, menanya dan menyediakan berbagai
kesempatan melalui – salah satunya – penyediaan alat dan bahan.
STEM akan muncul
bila pembelajaran berbasis inkuiri, yang pada prinsipnya :
·
Anak
mengkonstruksikan pengalamannya sendiri (pendekatan konstruktivisme)
·
Minat anak sangat
dihargai
·
Mendorong
pembelajaran aktif, karena anak adalah pembelajar aktif
· Mendorong
pembelajaran yang lebih dalam lagi, dengan cara menggali secara terus menerus pengalaman anak.
·
Anak diberi
kesempatan untuk menanya dan memecahkan masalah dari waktu ke waktu
Membangun
Kemampuan Berpikir untuk Mengembangkan STEM
· Science adalah cara berpikir. Sicence adalah melakukan observasi,
eksperimen, membuat prediksi, berbagai penemuan, bertanya dan mencari tahu
bagaimana sesuatu dapat bekerja.
· Technology adalah cara melakukan/mengerjakan sesuatu. Teknologi adalah
menggunakan peralatan, mengidentifikasi permasalahan dan membuat “sesuatu”
menjadi berfungsi/bekerja.
· Engineering adalah memecahkan masalah. Engineering adalah menggunakan
berbagai macam material, mendesain, mencipta dan membangun.
· Matematika adalah cara pengukuran. Matematika adalah mengurutkan,
mengeksplorasi bentuk, volume dan ukuran.
Bagaimana Kenyataan STEM dalam Kehidupan Keseharian Anak?
Kita yang lahir
tahun 1970 an mungkin masih mengingat dengan jelas apa yang kita lakukan ketika
bermain. Kita bermain di halaman rumah, mengumpulkan tanah kemudian membuat
rumah-rumahan dari tanah. Kita tanpa sengaja “meneliti” kondisi tanah,
memisahkan yang terlalu kering dengan sapu lidi, lalu menggunakan tanah yang
agak basah untuk membangun tembok rumah, mengukur tinggi tembok, membangun
bagian-bagian dalam rumah, menambahkan dengan material lain, misalnya batu,
kerikil, pasir, dan lain-lain. Kita memperindahnya dengan berbagai aksesoris
dari alam, daun, bunga, ranting, lalu kita membuat oreang-orangan dari sapu
lidi. Pada bagian akhir, kita memainkannya bersama teman-teman. Tanpa sadar,
STEM ada dalam aktivitas bermain kita sehari-hari.
Saat kita meneliti tanah, mengamati tekstur dan
jenisnya, saat itulah Scence muncul.
Ketika kita menggunakan berbagai peralatan untuk
menggali dan mengumpulkan tanah, kerikil, pasir, daun, bunga, daun,
ranting, saat itulah kita menggunakan
teknologi sederhana.
Saat kita merancang bentuk rumah, merancang tinggi
tembok, membuat bagian-bagian dalamnya, menggabung berbagai material untuk
aksesoris rumah, saat itulah, engineering berkembang.
Saat kita mengukur tingkat kebasahan tanah untuk
membuat tembok rumah, mebuat bagian dalam rumah dengan berbagi ukuran yang
berbeda, saat itulah kita belajar matematika.
Siapkan ALAT DAN
BAHAN, Maka STEM akan Berkembang!!! Siapkan “OPEN ENDED MATERIAL” (Alat dan
Bahan yang dapat Dikreasikan/Dibentuk oleh Anak).
Lingkungan kita KAYA
AKAN ALAT DAN BAHAN, yang bisa dieksplorasi, digunakan, dirangkai, dan
dikreasikan oleh anak. Dari sinilah, anak akan memiliki kecakapan dan kemampuan
berpikir yang tinggi.
Jadilah GURU dan
ORANGTUA KREATIF, ADAPTIF dan INOVATIF. Rangsang anak dengan pertanyaan TERBUKA (OPEN ENDED
QUESTIONS).
CONTOH
ALAT DAN BAHAN YANG BISA DISIAPKAN
No.
|
Alat dan Bahan dari Rumah
|
Alat dan Bahan dari Lingkungan Sekitar
|
Berbagai bentuk Balok
|
Alat dan Bahan dari Pertukangan
|
1.
|
Peralatan memasak
(panci, wajan, sendok, garpu, alat penggorengan, piring, gelas, wadah air isi
ulang, dll)
|
Tanaman : daun,
buah, bunga, ranting, batang pohon, tangkai bunga/daun, akar, biji
|
Balok natural
Balok warna
|
Kayu/limbah kayu
Mur
Baut
Selang
|
2.
|
Bumbu dapur :
garam, gula, rempah-rempah
|
Tanah, air, pasir,
kerikil, batu
|
Bentuk-bentuk
geometri
|
|
3.
|
Kain perca, baju
bekas, kerudung bekas
|
Binatang (yang sudah
mati/kering) : aneka kerang, karang, kerangka ikan, keong
|
Kardus
|
|
|
Kegiatan bermain :
1.
Bermain musik
2.
Bermain peran
3.
Merancang
irigasi
4.
Membuat aneka
kreasi dari bahan alam
5.
Membangun
rumah/pabrik
6.
Berkreasi
dengan kain perca, baju bekas, kerudung bekas
7.
Membuar areal
persawahan/perkebunan/hutan/laut
8.
Bermain dengan
bahan alam (tanah, air, pasir, dan lain-lain)
9.
Berkreasi
dengan balok
10. Membuat aneka karya seni dari bagian-bagian tanaman
11. Berkreasi dengan alat dan bahan pertukangan
12. Bermain di sawah (mengamati berbagai jenis
tanaman/binatang, menanam, mengamati tekstur tanah, dll)
13. Bermain di kebun
Dukungan
orangtua/pendidik
1. Memberikan
pertanyaan terbuka : apa yang terjadi bila ... , apalagi yang dapat dilakukan
..., apa yang membedakan ..., apa lagi yang bisa ditambahkan dalam ... , apa
yang menyebabkan ... , dan seterusnya
2. Memberikan
kesempatan kepada anak untuk MENGAMATI, MENANYA, MELAKUKAN, MENALAR,
MENGOMUNIKASIKAN
3.
Memberikan nama
(naming)
4.
Memperkuat
sikap, pengetahuan dan keterampilan anak
|
Jadi, kembali ke
pertanyaan awal, apakah STEM memang sesuatu yang baru? Ataukah... STEM itu
sudah ada, atau ekstrimnya, sudah pernah ada, namun terkubur dalam-dalam, dan
sekarang kita harus menggalinya kembali dengan segala daya upaya.
Jangan-jangan,
memang STEM sudah benar-benar terkubur, karena kemampuan analisis, sintesis,
evaluatif (yang dalam bahasa keren disebut sebagai Higher Order Thinking Skill/HOTS),
lebih banyak digantikan dengan kemampuan untuk menghafal, menerapkan saja,
tanpa makna (yang dalam bahasa keren disebut sebagai Lower Order Thinking
Skill/LOTS).
Mari kita renungkan
dan pikirkan... demi perkembangan anak-anak kita yang lebih baik dan cemerlang.
Salam Widya /
Surabaya 24-11-18