Minggu, 25 November 2018

STEM, Apa Kabarmu?


Tulisan singkat saya kali ini hanya ingin membuka kembali pemahaman kita tentang STEM, yang mungkin sudah terkubur dalam-dalam, sehingga harus kita gali kembali.

Apakah STEM?
STEM? Apakah itu? Sesuatu yang baru? Kurikulum Baru? Atau apakah itu? Saat ini banyak yang kaget dengan STEM, lalu tergopoh-gopoh, dan kebingungan.

STEM adalah akronim dari Science, Techonolgi, Engineering, Math.

Ada yang mengatakan ini pendekatan pembelajaran, ada pula yang mengatakan bahwa ini adalah isi (content). Hal ini saja sudah membuat kebingungan. Tapi, mari kira urai sedikit demi sedikit, sehingga kita tidak selalu terkejut dan bahkan shock dengan beragam istilah dan hal-hal yang “dianggap baru”.

STEM adalah cara berpikir yang dapat membantu anak untuk mengintegrasikan pengetahuan lintas disiplin, mendorong anak berpikir secara holistik dan komprehensif dengan menghubungkan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya.

STEM ada dimana-mana dan digunakan dimana-mana. Di rumah, di sekolah, di lingkungan masyarakat, di sawah, di ladang, di kebun, di setiap sisi kehidupan kita, ada STEM.

ANAK MELAKUKAN STEM SETIAP HARI.

Masih banyak persepsi bahwa STEM harus dilakukan dengan eksperimen/percobaan, dan memerlukan peralatan yang banyak dan mahal. Itu adalah persepsi yang TIDAK BENAR.

Terbuka dengan beragam pertanyaan anak, dan menggali keingintahuan anak, memberikan berbagai pertanyaan terbuka, yang merangsang anak untuk berpikis logis, kritis, analitis, sintesis dan evaluatif, adalah pintu  untuk mengembangkan konsep STEM pada diri anak setiap hari.

Memberikan kesempatan kepada anak untuk menghubungkan berbagai peristiwa, merangkai berbagai aktivitas kreatif, dan mencipta adalah cara untuk memperkuat konsep STEAM. Lingkungan tempat anak tinggal dan aktivitas sehari-hari, adalah bengkel kerja bagi anak. Di situlah STEAM akan muncul dan berkembang.

Jadi, permasalahan utama tidak munculnya STEM pada anak adalah KURANGNYA KESEMPATAN (Kesempatan untuk menanya, kesempatan untuk bereksplorasi, kesempatan untuk mengamati/ berinteraksi/ menemukan/ merangkai/ berkreasi/ meneliti/ mencipta).

Kurangnya kesempatan ini timbul salah satunya karena masih belum mampunya orang terdekat anak (orangtua atau guru) untuk menggali, menanya dan menyediakan berbagai kesempatan melalui – salah satunya – penyediaan alat dan bahan.


STEM akan muncul bila pembelajaran berbasis inkuiri, yang pada prinsipnya :
·         Anak mengkonstruksikan pengalamannya sendiri (pendekatan konstruktivisme)
·         Minat anak sangat dihargai
·         Mendorong pembelajaran aktif, karena anak adalah pembelajar aktif
·   Mendorong pembelajaran yang lebih dalam lagi, dengan cara menggali secara terus menerus   pengalaman anak.
·         Anak diberi kesempatan untuk menanya dan memecahkan masalah dari waktu ke waktu

Membangun Kemampuan Berpikir untuk Mengembangkan STEM
· Science adalah cara berpikir. Sicence adalah melakukan observasi, eksperimen, membuat prediksi, berbagai penemuan, bertanya dan mencari tahu bagaimana sesuatu dapat bekerja.
· Technology adalah cara melakukan/mengerjakan sesuatu. Teknologi adalah menggunakan peralatan, mengidentifikasi permasalahan dan membuat “sesuatu” menjadi berfungsi/bekerja.
·   Engineering adalah memecahkan masalah. Engineering adalah menggunakan berbagai macam material, mendesain, mencipta dan membangun.
· Matematika adalah cara pengukuran. Matematika adalah mengurutkan, mengeksplorasi bentuk, volume dan ukuran.

Bagaimana Kenyataan STEM dalam Kehidupan Keseharian Anak?

Kita yang lahir tahun 1970 an mungkin masih mengingat dengan jelas apa yang kita lakukan ketika bermain. Kita bermain di halaman rumah, mengumpulkan tanah kemudian membuat rumah-rumahan dari tanah. Kita tanpa sengaja “meneliti” kondisi tanah, memisahkan yang terlalu kering dengan sapu lidi, lalu menggunakan tanah yang agak basah untuk membangun tembok rumah, mengukur tinggi tembok, membangun bagian-bagian dalam rumah, menambahkan dengan material lain, misalnya batu, kerikil, pasir, dan lain-lain. Kita memperindahnya dengan berbagai aksesoris dari alam, daun, bunga, ranting, lalu kita membuat oreang-orangan dari sapu lidi. Pada bagian akhir, kita memainkannya bersama teman-teman. Tanpa sadar, STEM ada dalam aktivitas bermain kita sehari-hari.

Saat kita meneliti tanah, mengamati tekstur dan jenisnya, saat itulah Scence muncul.
Ketika kita menggunakan berbagai peralatan untuk menggali dan mengumpulkan tanah, kerikil, pasir, daun, bunga, daun, ranting,  saat itulah kita menggunakan teknologi sederhana.
Saat kita merancang bentuk rumah, merancang tinggi tembok, membuat bagian-bagian dalamnya, menggabung berbagai material untuk aksesoris rumah, saat itulah, engineering berkembang.
Saat kita mengukur tingkat kebasahan tanah untuk membuat tembok rumah, mebuat bagian dalam rumah dengan berbagi ukuran yang berbeda, saat itulah kita belajar matematika.

Siapkan ALAT DAN BAHAN, Maka STEM akan Berkembang!!! Siapkan “OPEN ENDED MATERIAL” (Alat dan Bahan yang dapat Dikreasikan/Dibentuk oleh Anak).
Lingkungan kita KAYA AKAN ALAT DAN BAHAN, yang bisa dieksplorasi, digunakan, dirangkai, dan dikreasikan oleh anak. Dari sinilah, anak akan memiliki kecakapan dan kemampuan berpikir yang tinggi.

Jadilah GURU dan ORANGTUA KREATIF, ADAPTIF dan INOVATIF. Rangsang  anak dengan pertanyaan TERBUKA (OPEN ENDED QUESTIONS).

CONTOH ALAT DAN BAHAN YANG BISA DISIAPKAN

No.
Alat dan Bahan dari Rumah
Alat dan Bahan dari Lingkungan Sekitar
Berbagai bentuk Balok
Alat dan Bahan dari Pertukangan
1.
Peralatan memasak (panci, wajan, sendok, garpu, alat penggorengan, piring, gelas, wadah air isi ulang,  dll)
Tanaman : daun, buah, bunga, ranting, batang pohon, tangkai bunga/daun, akar, biji
Balok natural
Balok warna
Kayu/limbah kayu
Mur
Baut
Selang
2.
Bumbu dapur : garam, gula, rempah-rempah
Tanah, air, pasir, kerikil, batu
Bentuk-bentuk geometri

3.
Kain perca, baju bekas, kerudung bekas
Binatang (yang sudah mati/kering) : aneka kerang, karang, kerangka ikan, keong
Kardus


Kegiatan bermain :
1.      Bermain musik
2.      Bermain peran
3.      Merancang irigasi
4.      Membuat aneka kreasi dari bahan alam
5.      Membangun rumah/pabrik
6.      Berkreasi dengan kain perca, baju bekas, kerudung bekas
7.      Membuar areal persawahan/perkebunan/hutan/laut
8.      Bermain dengan bahan alam (tanah, air, pasir, dan lain-lain)
9.      Berkreasi dengan balok
10.  Membuat aneka karya seni dari bagian-bagian tanaman
11.  Berkreasi dengan alat dan bahan pertukangan
12.  Bermain di sawah (mengamati berbagai jenis tanaman/binatang, menanam, mengamati tekstur tanah, dll)
13.  Bermain di kebun

Dukungan orangtua/pendidik
1.    Memberikan pertanyaan terbuka : apa yang terjadi bila ... , apalagi yang dapat dilakukan ..., apa yang membedakan ..., apa lagi yang bisa ditambahkan dalam ... , apa yang menyebabkan ... , dan seterusnya
2. Memberikan kesempatan kepada anak untuk MENGAMATI, MENANYA, MELAKUKAN, MENALAR, MENGOMUNIKASIKAN
3.      Memberikan nama (naming)
4.      Memperkuat sikap, pengetahuan dan keterampilan anak

Jadi, kembali ke pertanyaan awal, apakah STEM memang sesuatu yang baru? Ataukah... STEM itu sudah ada, atau ekstrimnya, sudah pernah ada, namun terkubur dalam-dalam, dan sekarang kita harus menggalinya kembali dengan segala daya upaya.

Jangan-jangan, memang STEM sudah benar-benar terkubur, karena kemampuan analisis, sintesis, evaluatif (yang dalam bahasa keren disebut sebagai Higher Order Thinking Skill/HOTS), lebih banyak digantikan dengan kemampuan untuk menghafal, menerapkan saja, tanpa makna (yang dalam bahasa keren disebut sebagai Lower Order Thinking Skill/LOTS).

Mari kita renungkan dan pikirkan... demi perkembangan anak-anak kita yang lebih baik dan cemerlang.

Salam Widya /
Surabaya 24-11-18