Rabu, 19 Desember 2012

MODEL STIMULASI UNTUK MENGOPTIMALKAN FUNGSI OTAK ANAK DENGAN MENGGUNAKAN BRAINDANCE


Otak anak berkembang dan bekerja dengan caranya yang unik. Keunikan inilah yang akhirnya membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang unik. Anak menerima, memproses, menyimpan dan menggunakan kembali informasi yang didapatkan dari lingkungan dengan cara yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Struktur otak anak terbentuk pada awal kehidupannya sejak berada dalam kandungan dan berlanjut terus hingga dia dilahirkan. Struktur otak yang telah terbentuk  seyogyanyalah mendapatkan stimulasi yang tepat agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik, sehingga otak anak berkembang menjadi otak normal dan sehat.

Ketika anak dilahirkan, banyak stimulasi yang diberikan, salah satunya adalah dengan berbagai macam gerakan, karena ternyata, gerakan mendukung perkembangan fisik motorik, yang sangat menunjang perkembangan proses kognitif. Stimulasi gerak yang diberikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak serta sejalan dengan usia anak.
Pada usia 3 – 4 tahun, salah satu stimulasi gerakan yang dapat diberikan adalah braindance. Braindance, yang merupakan serangkaian gerakan yang mengutamakan kelenturan dan kesesuaian dengan perkembangan motorik anak usia 3 – 4 tahun, di samping juga berfungsi untuk mengoptimalkan kinerja otak, karena menstimulasi berbagai sel otak, sehingga menyiapkan anak untuk belajar.  Gerakan braindance terdiri atas 17 gerakan dasar yang mudah dilakukan oleh anak. Dalam braindance dikembangkan pula “touch” dan “sensation”, sehingga anak dapat mengembangkan “sense of self”. Lebih lanjut, gerakan braindance dapat dikembangkan dengan latar budaya Indonesia sehingga nampak kekhasan masing-masing daerah dengan tetap mengedepankan karakteristik anak usia dini.

Stimulasi gerak tersebut dapat diberikan kepada anak sebelum kegiatan pembelajaran, sebagai salah satu upaya untuk mengkondisikan anak. Pengkondisian ini penting mengingat bahwa anak memiliki latar belakang yang berbeda-beda ketika berada di rumah (sebelum berada di sekolah). Ada anak yang memang dalam kondisi baik-baik saja atau ceria, namun bermasalah atau mengalami hal-hal yang kurang menyenangkan  sehingga perlu dikondisikan. Pengkondisian ini membuat anak siaga untuk menerima informasi. Di sinilah peran utama braindance, yaitu menyiagakan dan meningkatkan kesiagaan otak, apalagi, gerakan braindance tersebut diiringi oleh musik yang menyenangkan, sehingga memberikan suasana yang riang. Musik tersebut dibarengi dengan lagu yang bercerita tentang binatang katak dan alam, sehingga menumbuhkan imajinasi mengenai hal tersebut.(salam, Widya)

MENGAJAK ANAK BERGERAK DENGAN BRAINDANCE


Bergerak bagi anak pada umumnya merupakan suatu kebutuhan dan aktivitas yang menyenangkan, kecuali bagi anak yang mengalami hambatan-hambatan tertentu. Oleh karena it ulah, anak akan sangat bersuka cita ketika bergerak menjadi bagian dari kegiatan pembelajaran. Agar gerakan yang dilakukan oleh anak lebih bermakna, maka model stimulasi gerak yang diberikan haruslah terarah.


Salah satu model yang dapat diberikan adalah dengan braindance. Sebagai salah satu bentuk stimulasi model, maka tahap-tahap pemberian stimulasi dapat diuraikan sebagai berikut.
  1. Penilaian sensory profile (1 hari sebelum braindance dilakukan)
  2. Pijakan awal
a.       Berdialog dengan anak (menanyakan kabar anak, perasaan anak, dan lain-lain)
b.      Bercerita tentang alam (kehidupan katak, alam, dan lain-lain terkait syair lagu dalam braindance)
c.       Menunjukkan gerakan braindance dengan memutarkan VCD braindance
d.      Mengajak anak melakukan gerakan braindance  satu per satu
e.      Melakukan gerakan braindance
  1. Anak diajak beristirahat sejenak (rileks, makan makanan ringan, minum, dan lain-lain)
  2. Pijakan akhir
a.       Menanyakan perasaan anak mengenai kegiatan yang telah dilakukan
b.      Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya
  1. Penilaian sensory profile (1 hari sesudah braindance dilakukan)

Dengan melalui tahap-tahap tersebut diharapkan stimulasi dapat dilakukan dengan benar, sehingga tujuan stimulasi untuk mengoptimalkan fungsiotak anak usia dini dapat tercapai. Optimalnya fungsi otak akan mendukung kesiapan anak untuk belajar, sehingga proses perkembangan terjadi dengan baik. Proses perkembangan yang berjalan sesuai dengan tahap-tahapnya diharapkan mampu mewujudkan generasi Indonesia yang handal.(salam, Widya)

TOILET TRAINING BAGI ORANG DEWASA


Kita sering mendengar istilah “toilet training” atau latihan terkait penggunaan toilet dan aktivitas yang berhubungan dengan hal tersebut, seperti buang air besar dan buang air kecil. Akan tetapi, aktivitas ini lebih banyak terkait anak usia dini, yang memang sedang dalam proses berlatih, sehingga mungkin agak aneh ketika judul dalam tulisan ini adalah bagi orang dewasa? Pembaca pasti akan bertanya-tanya, perlukah toilet training bagi orang dewasa? Lalu, bagaimana caranya dan siapa yang akan melakukan? Judul ini pasti tidak serius atau salah ketik, demikian mungkin kata hati para pembaca.
Judul di atas tidak salah ketik, dan juga tidak sedang bercanda di dunia maya. Toilet training memang perlu dan penting bagi orang dewasa, karena ternyata banyak orang dewasa yang tidak melakukan dengan benar. Contoh menarik dan sering dijumpai terkait hal tersebut adalah ketika berada di toilet umum. Penulis pernah menjumpai ada seorang ibu keluar dari toilet dan mengatakan bahwa toilet rusak. Penulis merasa penasaran, karena toilet tersebut berada di sebuah bandara internasional dan tidak ada peringatan bahwa toilet rusak. Akhirnya, penulis “memberanikan diri” masuk ke toilet tersebut (karena yang lain penuh), dan ternyata ketika tombol kran ditekan, air mengalir, dan seluruh kotoran tersiram. Ternyata, ibu tersebut tidak tahu cara menggunakan toilet.
Pada kesempatan yang lain, di tempat yang lain, toilet umum berbau sangat tidak sedap. Ternyata, pengguna tidak menyiram dengan benar. Ini menunjukkan betapa toilet training diperlukan bagi orang dewasa, karena mungkin toilet training tidak tuntas waktu usia dini.
Lalu, bagaimana caranya?  Pertama, bentuk toilet di tempat-tempat umum pasti bervariasi, demikian pula dengan cara penggunaannya. Oleh karena itu,  perlu dipasang pengumuman cara penggunaan toilet, baik dalam bentuk tulisan maupun gambar, untuk membantu pengguna. Kedua, apabila toilet harus disiram, perlu diinformasikan dengan jelas, berapa gayung air yang harus disiramkan agar tidak meninggalkan bau yang tidak sedap, karena ternyata masih banyak orang dewasa yang berpikir konkret, sehingga perlu ada penjelasan rinci. Ketiga, pada pintu keluar perlu dipasang pengumuman agar mencuci tangan dengan sabun, karena ternyata masih banyak orang dewasa yang tidak mencuci tangan dengan benar ketika keluar dari toilet. Oleh karena itu, prosedur mencuci tangan dengan benar pun kiranya perlu diinformasikan. Dengan demikian, diharapkan orang dewasa dapat menjadi contoh yang baik dan benar bagi anak usia dini dalam penggunaan toilet, sehingga kesehatan lingkungan dan pribadi dapat terjaga. (salam, Widya)