Pengasuhan,
perawatan dan pendidikan anak sering diidentikkan dengan peran seorang ibu,
sehingga jarang sekali ayah turut mengambil bagian dalam tugas-tugas tersebut.
Tidak turutnya ayah dalam peran tersebut dibangun atas dasar budaya bahwa
seorang ayah adalah tulang punggung keluarga, yang harus mencari nafkah di luar
rumah, sehingga jarang berinteraksi dengan anak, dan ketika berada di rumah
sudah dalam kondisi yang cukup lelah. Sementara itu, tugas pengasuhan,
perawatan dan pendidikan anak lebih berkaitan dengan peran-peran domestik, yang
secara budaya lebih banyak dilakukan oleh ibu. Orangtua sesungguhnya tidaklah
lengkap ketika kehadiran ayah belum atau jarang dirasakan oleh anak.
Namun, pada saat
ini telah terjadi pergeseran peran antara ayah dan ibu. Di masyarakat kita,
sudah banyak ayah yang mengambil peran dalam pengasuhan, perawatan dan
pendidikan anak. Telah banyak ayah yang meluangkan waktu untuk bermain dan
berkomunikasi lebih intensif dengan anak. Beberapa penelitian juga telah
menunjukkan bahwa peran ayah yang memadai dapat meningkatkan prestasi, rasa
percaya diri dan motivasi anak untuk belajar. Dengan demikian, turut sertanya
seorang ayah dalam hal ini menjadi luar biasa penting, dibanding “hanya”
sebagai pencari nafkah.
Torehan tinta
emas dalam hati anak karena kehadiran seorang ayah jauh lebih indah dibanding
hanya “cucuran keringat” tanpa adanya interaksi yang cukup antara ayah dan
anak. Hanya saja, seringkali seorang ayah cukup kebingungan atau kikuk ketika
berhadapan dengan anak, apalagi apabila semasa kecil tidak berada dalam
keluarga dengan figur ayah yang hangat dalam berinteraksi, komunikatif. Hal ini
membuat seorang ayah tidak pernah mendapatkan contoh bagaimana menjadi ayah
yang dekat di hati anak.
Namun demikian,
seorang ayah adalah manusia. Manusia tidak pernah berhenti belajar, dan bahkan belajar
menjadi ayah sejati. Untuk itu, marilah kita datangi anak kita dengan cinta,
dan cinta sejati hadir dari hati seorang ayah dan ibu. Peluk, cium dan katakan
‘aku sayang kamu’ kepada anak-anak kita, sebelum terlambat, dan sebelum mereka
mengatakan, “ayahku tidak pernah mengatakan bahwa dia sayang padaku, jadi aku
tidak tahu, apakah dia benar-benar sayang padaku”.
(salam, Widya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar