Senin, 11 Juni 2012

AYAH DAN PENGASUHAN ANAK


Pengasuhan, perawatan dan pendidikan anak sering diidentikkan dengan peran seorang ibu, sehingga jarang sekali ayah turut mengambil bagian dalam tugas-tugas tersebut. Tidak turutnya ayah dalam peran tersebut dibangun atas dasar budaya bahwa seorang ayah adalah tulang punggung keluarga, yang harus mencari nafkah di luar rumah, sehingga jarang berinteraksi dengan anak, dan ketika berada di rumah sudah dalam kondisi yang cukup lelah. Sementara itu, tugas pengasuhan, perawatan dan pendidikan anak lebih berkaitan dengan peran-peran domestik, yang secara budaya lebih banyak dilakukan oleh ibu. Orangtua sesungguhnya tidaklah lengkap ketika kehadiran ayah belum atau jarang dirasakan oleh anak.

Namun, pada saat ini telah terjadi pergeseran peran antara ayah dan ibu. Di masyarakat kita, sudah banyak ayah yang mengambil peran dalam pengasuhan, perawatan dan pendidikan anak. Telah banyak ayah yang meluangkan waktu untuk bermain dan berkomunikasi lebih intensif dengan anak. Beberapa penelitian juga telah menunjukkan bahwa peran ayah yang memadai dapat meningkatkan prestasi, rasa percaya diri dan motivasi anak untuk belajar. Dengan demikian, turut sertanya seorang ayah dalam hal ini menjadi luar biasa penting, dibanding “hanya” sebagai pencari nafkah.

Torehan tinta emas dalam hati anak karena kehadiran seorang ayah jauh lebih indah dibanding hanya “cucuran keringat” tanpa adanya interaksi yang cukup antara ayah dan anak. Hanya saja, seringkali seorang ayah cukup kebingungan atau kikuk ketika berhadapan dengan anak, apalagi apabila semasa kecil tidak berada dalam keluarga dengan figur ayah yang hangat dalam berinteraksi, komunikatif. Hal ini membuat seorang ayah tidak pernah mendapatkan contoh bagaimana menjadi ayah yang dekat di hati anak.

Namun demikian, seorang ayah adalah manusia. Manusia tidak pernah berhenti belajar, dan bahkan belajar menjadi ayah sejati. Untuk itu, marilah kita datangi anak kita dengan cinta, dan cinta sejati hadir dari hati seorang ayah dan ibu. Peluk, cium dan katakan ‘aku sayang kamu’ kepada anak-anak kita, sebelum terlambat, dan sebelum mereka mengatakan, “ayahku tidak pernah mengatakan bahwa dia sayang padaku, jadi aku tidak tahu, apakah dia benar-benar sayang padaku”.   

(salam, Widya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar