Rasa ingin tahu akan membuat kita
belajar. Belajar untuk mencari tahu, memahami dan mendapatkan lebih banyak
pengalaman dan keterampilan. Semakin banyak kita belajar, maka semakin banyak
yang TIDAK KITA KETAHUI. Pada saat itulah sesungguhnya kita benar-benar
memahami tentang diri kita.
Tidak ada individu yang
mengetahui segala hal, seberapa pun tinggi pendidikan yang telah dicapai,
seberapa pun banyak pengalaman yang telah didapatkan. Ilmu Allah Maha Luas,
sehingga tidak akan pernah mampu dikuasai oleh manusia, meski sepanjang
kehidupannya dia terus berusaha.
Oleh karena itulah, kita
diwajibkan untuk belajar, belajar dan belajar, tiada henti.Proses belajar
inilah yang akan menjadikan individu lebih matang, dewasa dan memiliki integritas
ketika menjalankan perannya, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat.
Belajar dapat dilakukan dimana
saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Kita dapat belajar melalui membaca
tiada lelah, berdiskusi secara positif, mengamati berbagai fenomena,
mendengarkan orang lain dengan seksama, ataupun dengan cara-cara yang lain.
Yang penting adalah, ketika kita belajar maka pikiran positif dan terbukalah
yang perlu dimiliki.
Ketika kita berikiran positif,
kita akan mampu menerima, memproses dan menggunakan kembali informasi dengan
sangat baik. Di samping itu, pikiran positif mampu membangkitkan energi positif
yang dapat menciptakan suasana kondusif
untuk belajar, tidak hanya untuk diri pribadi, tetapi juga untuk orang lain.
Pikiran positif dapat menjadi “penyakit menular” yang akan menjalar pada orang
lain di sekeliling kita, demikian pula sebaliknya.
Pikiran yang terbuka akan membuat
kita memiliki wawasan yang luas dan sudut pandang yang berbeda-beda dalam
menghadapi berbagi hal atau situasi. Pikiran terbuka juga mampu membangkitkan endorfin
yang dapat menyebar pada orang-orang yang berada di sekeliling kita. Pikiran
yang terbuka akan melahirkan ide-ide kreatif yang berguna bagi orang lain dan
diri sendiri.
Jadi, pikiran positif dan terbuka
merupakan prasyarat untuk belajar, dan belajar terjadi di sepanjang kehidupan
kita. Ketika kita telah belajar, belajar dan belajar, barulah tiba saatnya kita
melakukan “transfer of knowlegde”. “Transfer of knowledge” kepada
orang lain memerlukan bekal yang cukup, agar apa yang kita transfer atau
sampaikan adalah hal yang benar adanya. Pepatah mengatakan bahwa bila kita
mengetahui sesuatu dengan baik dan benar, maka sampaikanlah, tetapi bila kita
tidak mengetahui atau menguasainya, maka sebaiknyalah kita diam, agar kita tidak
menyampaikan hal yang keliru, karena kekeliruan tersebut akan menimbulkan
kekeliruan lainnya yang lebih besar lagi. Kekeliruan ini akan menjadi tanggung
jawab moral kita hingga kita dapat memperbaikinya.
Pertanyaannya adalah “Sanggupkah
kita untuk selalu belajar, belajar dan belajar, sementara mungkin kita sudah
menganggap bahwa apa yang kita miliki sudah cukup atau bahkan lebih dari
cukup?”
(Salam,
Widya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar