Kegiatan bermain dengan muatan STEM merupakan suatu konstruk yang
dibuat dalam bentuk ragam kegiatan main yang dirancang dengan memanfaatkan alat
dan bahan yang tepat dan terdapat di lingkungan sekitar. Alat dan bahan
tersebut dapat dapat dimanipulasi atau dikreasikan oleh anak, sehingga otak
anak menjadi aktif dan optimal untuk belajar dengan mengintegrasikan berbagai
kecakapan dalam berbagai disiplin ilmu, sehingga memberikan kesempatan kepada
anak untuk membangun kemampuan sains, teknologi, rekacipta dan matematika.
Dengan demikian anak akan memiliki kemampuan untuk berkomunikasi,
berkolaborasi, berpikir kritis dan bertindak kreatif, yang dilihat dari
ketercapaian perkembangan aspek nilai agam dan moral, fisik motorik, kognitif,
bahasa, sosial emosional dan seni. Kegiatan main dapat dilakukan dengan memanfaatkan
daya dukung yang ada – misalnya lapangan, alun-alun, museum, dan lainnya - dan diharapkan mampu memberikan keseimbangan
kegiatan pada anak, yang pada saat ini sebagian besar didominasi dengan
permainan gawai.
Kegiatan main dirancang oleh pendidik, dan disusun dalam RPPH dengan menggunakan alat dan bahan
yang bersifat “open-ended material”
atau biasa disebut dengan barang-barang lepas “Open-ended materials” merupakan alat dan bahan yang dapat
dimanipulasi oleh anak. Anak bisa saja menggunakan satu atau beberapa jenis,
tetapi kemudian menghasilkan banyak hasil karya. Berbagai contoh open-ended materials antara lain :
1.
Bahan-bahan alam,
seperti batu, daun, ranting, pasir, tanah liat dan sebagainya
2.
Barang-barang
bekas yang aman, seperti ban bekas, kardus bekas, kain perca, dan sebagainya
3.
Barang-barang
gagal produksi, sehingga tidak bisa digunakan sesuai dengan fungsinya, misalnya
peralatan dapur yang cacat produksi, sandal yang tidak sesuai ukuran, dan
lain-lain
Dengan demikian, “open ended
materials” bukanlah “toys” atau
mainan jadi yang siap dimainkan oleh anak. Anak distimulasi untuk membuat
sendiri alat permainannya. Di sinilah kreativitas anak diharapkan berkembang
dengan baik.
Bahan-bahan yang tersedia dan dapat
digunakan dengan mudah oleh anak (open
ended materials) merupakan salah
satu bentuk dukungan yang bisa diberikan oleh pendidik, sehingga STEM dapat
terintegrasi dalam kegiatan bermain. Dukungan lain yang diberikan oleh pendidik
antara lain :
1.
Membangun
kepekaan anak, melalui pengamatan dengan menggunakan seluruh panca indera
2.
Motivasi agar
anak bersemangat, terlibat dan luas gagasan/ide kreatif melalui berbagai
pertanyaan terbuka (open ended questions)
atau pertanyaan yang memiliki kemungkinan lebih dari satu jawaban
3.
Suasana yang
ramah, interaktif, menyenangkan, yang membuat anak merasa betah, bahagia
Oleh karena itu, dalam implementasinya, kegiatan
main yang dirancang ini mengacu pada siklus belajar (learning cycle), yang bersandar pada aliran konstruktivistik.
Siklus belajar berpusat pada anak, yang menekankan pada fase-fase belajar, yang
setiap fase merupakan sebuah siklus yang tidak prosedural atau tidak mengacu
pada tahapan-tahapan baku. Dengan demikian, antar fase dapat saling bertukar,
misalnya, seorang anak dapat mulai dari fase 1 – 2 – 3 dan seterusnya, tapi,
bisa pula dari fase 2 – 3 – 1, dan seterusnya. Fase-fase ini terjadi pada anak usia dini ketika bermain.
Dalam kegiatan main yang bermuatan STEM, dikenal dengan 6E (emphatized, explore, extend, engage, explain dan evaluate), Pendidik memiliki peran
untuk menguatkan dan memperkaya pengalaman anak pada setiap siklus.
Siklus belajar sangat sesuai dengan Kurikulum
2013 Pendidikan Anak Usia Dini, yang menekankan pada inkuiri, yang pada
dasarnya dimulai dari eksplorasi, pengembangan konsep dan ekspansi. Siklus
belajar tersebut digambarkan secara skematis sebagai berikut.
Skema di atas
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.
Membangun
empati (Emphatized)
Empati adalah kemampuan untuk berbagai
dan memahami emosi orang lain. Empati diperlukan agar anak dapat merespons
situasi dengan tepat. Emphatized di
sini dimaksudkan untuk membangun kepekaan terhadap lingkungan/situasi/kondisi,
sehingga dapat memberikan respons yang tepat. Misalnya :
a. Ketika melihat adanya sampah
berserakan, anak dibangun kepekaan untuk mengetahui bahwa hal tersebut
merupakan masalah yang harus diselesaikan dan agar dapat merespons dengan
tepat, misalnya dalam bentuk berbagai ide untuk mengumpulkannya atau membuat tempat sampah
b. Ketika anak diajak mengunjungi
teman yang sakit, anak dibangun kepekaannya, agar muncul ide untuk meringankan
kesedihan temannya yang sedang sakit.
2.
Melakukan
eksplorasi (Explore)
Eksplorasi akan menumbuhkan rasa ingin
tahu anak, oleh karena itu, pendidik hendaknya memberikan kesempatan kepada
anak untuk melakukan eksplorasi. Kesempatan ini dapat diberikan melalui
penyediaan berbagai alat dan bahan yang tepat, yang dapat dieksplorasi oleh
anak dengan menggunakan seluruh panca inderanya. Di sisi lain, pendidik juga
menyediakan waktu yang cukup bagi anak untuk melakukan eksplorasi. Pada saat
anak melakukan eksplorasi, peran pendidik adalah sebagai pengamat dan
fasilitator, sementara anak mencari tahu dan mencari jawaban atas rasa ingin
tahunya. Pendidik tidak memberi tahu, tetapi memfasilitasi dan memberikan
pijakan agar anak menemukan sendiri jawabannya. Bantuan pendidik yang diberikan
kepada anak bersifat minimal, sesuai dengan kebutuhan anak.
3.
Memperluas
ide/gagasan (Extend)
Pada fase ini, anak memperluas
pengetahuan dan pengalamannya, sehingga rasa ingin tahunya semakin kuat.
Pendidik dapat memberikan tantangan atau permasalahan sederhana, untuk
merangsang ide kreatif anak, serta mendorong anak untuk melakukan investigasi.
Dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu
pada STEM, pendidik dapat memberikan tantangan seperti :
a. Berapa banyak kayu yang dapat
kamu susun ke atas sehingga seimbang
b. Apa yang dapat kamu lakukan
untuk mengumpulkan sampah?
Pendidik
juga bisa mengajak anak untuk melakukan investigasi agar mendapatkan pengalaman
yang lebih kaya, misalnya ketika pendidik dan anak-anak selesai berjalan-jalan
di halaman sekolah yang terdapat sampah berserakan, pendidik dapat menanyakan
kepada anak seperti :
a. Apa saja jenis sampah di
halaman yang kamu temukan?
b. Bagaimana mengelompokkan
sampah berdasarkan jenisnya?
c. Untuk apa saja sampah bisa
dimanfaatkan?
d. Apa bahaya dari banyaknya
sampah yang berserakan?
e. Mengapa banyak sampah di
halaman?
4.
Menjelaskan
(Explain)
Pada siklus ini, anak telah menemukan
ide/gagasan, dan menyampaikan kepada pendidik atau teman. Anak saling berbagi
ide, sehingga tanpa disadari, anak belajar belajar berbagi, berkomunikasi,
menghargai ide orang lain, dan mendengarkan. Pendidik memiliki peran untuk
memotivasi anak agar mau dan mampu menyampaikan ide/gagasan.
5.
Terlibat (Engage)
Pada siklus ini, anak merasa nyaman
dengan kegiatan yang dilakukan, karena terlibat aktif, sehingga tekun dalam
melakukan aktivitas main yang dipilihnya. Pendidik dapat memberikan motivasi
sehingga anak semakin terlibat aktif dalam pengalaman belajar, dan dapat
mencapai kompetensi dasar. Agar anak terlibat lebih jauh, peran aktif pendidik
sangat diperlukan. Peran tersebut antara lain :
a.
Memotivasi
anak
b.
Memperluas
dan memperkuat ide/gagasan anak
c.
Memperkuat
bahasa anak
d.
Menyediakan
alat dan bahan yang tepat, yang dapat dipergunakan untuk memperluas
ide/gagasan/karya anak
6.
Melakukan
evaluasi (Evaluate)
Pada tahap ini, pendidik dan anak
melakukan recalling, yaitu mengajak
anak untuk mengingat kembali pengalaman belajarnya, termasuk perasaan anak.
Selain itu, anak juga diajak untuk melakukan evaluasi terhadap hal-hal yang
sudah dilakukan, sehingga mendapatkan sesuatu yang optimal. Contoh :
a.
Anak
membuat pesawat terbang dari kertas, ternyata setelah dilempar ke udara,
langsung menukik jatuh. Anak diajak melakukan evaluasi untuk memperkirakan
penyebabnya dan diberi kesempatan untuk membuat pesawat terbang yang lebih
optimal dan dapat melayang lebih lama di udara
b.
Anak
sedang membuat berbagai bentuk dari playdough,
ternyata bentuk yang dibuat belum dibuat sempurna. Anak diajak berdiskusi untuk
memprediksi penyebabnya dan diberi kesempatan untuk membuat kembali (bisa
berulang-ulang, sesuai minat anak), sehingga mendapatkan hasil yang optimal.
Ketika kegiatan bermain pendidik dapat
memberikan inspirasi pada anak, sebagai fasilitator dan motivator. Hal ini
berbeda dari kegiatan main yang saat ini banyak terjadi, sebagaimana disajikan
berikut ini.
Tabel 1.
Perbedaan Antara Kegiatan Bermain Pada Umumnya
dengan
Kegiatan Bermain dengan Muatan STEM
No.
|
Substansi
|
Kegiatan Bermain
(Pada
Umumnya)
|
Kegiatan Bermain dengan Muatan STEM
|
1.
|
Pusat pembelajaran
|
Pendidik
|
Anak
|
2.
|
Peran pendidik
|
Dukungan yang diberikan seringkali terlalu banyak, sehingga
kurang mendorong kemandirian
|
Dukungan diberikan sesuai kebutuhan
|
3.
|
Alat dan bahan
|
a.
Kebanyakan
menggunakan mainan jadi, baik yang pabrikan, maupun yang dibuat oleh pendidik
b.
Berbasis kertas
dan pensil
|
a.
Alat dan bahan
yang dapat dimanipulasi/dikreasikan atau direkacipta oleh anak
b.
Alat dan bahan
tidak terbatas
|
4.
|
Aspek perkembangan
|
Seringkali lebih menekankan pada aspek kognitif, terutama
kemampuan membaca, menulis dan berhitung
|
Mengembangkan kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis
dan kreatif, yang tercermin pada ketercapaian seluruh aspek perkembangan
(nilai agama dan moral, fisik motorik, bahasa, kognitif, sosial emosional,
seni)
|
5.
|
Perencanaan pembelajaran
|
a. Program semester
b.
Rencana
pelaksanaan pembelajaran mingguan (RPPM)
c.
Rencana
pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH)
|
a. Program semester
b. Rencana pelaksanaan pembelajaran mingguan
(RPPM)
c. Rencana pelaksanaan pembelajaran harian
(RPPH)
|
6.
|
Pelaksanaan pembelajaran
|
a.
Pendidik lebih
banyak memberikan contoh karya yang harus dibuat oleh anak.
b.
Pendidik lebih
banyak memberikan pertanyaan tertutup
|
a.
Anak memiliki
kebebasan untuk mencipta.
b.
Pendidik lebih
banyak memotivasi dengan memberikan pertanyaan terbuka
|
7.
|
Penilaian perkembangan anak
|
a.
Penilaian
perkembangan anak, seringkali didasarkan atas salah/benar, baik/buruk.
b.
Lebih
menekankan pada hasil
|
a.
Penilaian
perkembangan didasarkan pada proses daripada hasil.
b.
Anak diberi
kesempatan untuk salah, karena ketika membuat kesalahan anak mendapatkan
kesempatan untuk melakukan perbaikan guna mengoptimalkan desain/hasil karya
|
Dengan demikian,
anak memiliki kesempatan yang luas untuk mengembangkan potensinya. Anak
memiliki “kemerdekaan” dalam bermain dan beraktivitas. Pendidik berperan
sebagai fasilitator, motivator, pemberi inspirasi (sejauh diperlukan), pemberi
dukungan (scaffolding), sehingga anak
tumbuh dan berkembang secara optimal.
Surabaya, 06022020
Salam, Widya Ayu
Mencerahkan. Semoga semakin banyak pendidik PAUD yang benar-benar BENAR dalam memahami pentingnya bermain dan permainan yang tepat untuk optimalisasi tumbuh kembang AUD.
BalasHapusIdentifikasi dan klasifikasi adalah kompetensi krusial. Itu yg kurang pd sekolah kuta sehingga bangsa ini semakin miskin karena aspek ini lemah. Jepang, korea, china, Singapore bahkan saat ini sangat kuat di sisi ini
BalasHapus