Kamis, 06 Februari 2020

SIKLUS BELAJAR DALAM KEGIATAN BERMAIN DENGAN MUATAN SCIENCE, TECHNOLOGY, ENGINEERING AND MATHEMATICS (STEM)


Kegiatan bermain dengan muatan STEM merupakan suatu konstruk yang dibuat dalam bentuk ragam kegiatan main yang dirancang dengan memanfaatkan alat dan bahan yang tepat dan terdapat di lingkungan sekitar. Alat dan bahan tersebut dapat dapat dimanipulasi atau dikreasikan oleh anak, sehingga otak anak menjadi aktif dan optimal untuk belajar dengan mengintegrasikan berbagai kecakapan dalam berbagai disiplin ilmu, sehingga memberikan kesempatan kepada anak untuk membangun kemampuan sains, teknologi, rekacipta dan matematika. Dengan demikian anak akan memiliki kemampuan untuk berkomunikasi, berkolaborasi, berpikir kritis dan bertindak kreatif, yang dilihat dari ketercapaian perkembangan aspek nilai agam dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional dan seni. Kegiatan main dapat dilakukan dengan memanfaatkan daya dukung yang ada – misalnya lapangan, alun-alun, museum, dan lainnya -  dan diharapkan mampu memberikan keseimbangan kegiatan pada anak, yang pada saat ini sebagian besar didominasi dengan permainan gawai.
Kegiatan main dirancang oleh pendidik, dan disusun  dalam RPPH dengan menggunakan alat dan bahan yang bersifat “open-ended material” atau biasa disebut dengan barang-barang lepas “Open-ended materials” merupakan alat dan bahan yang dapat dimanipulasi oleh anak. Anak bisa saja menggunakan satu atau beberapa jenis, tetapi kemudian menghasilkan banyak hasil karya. Berbagai contoh open-ended materials antara lain :
1.        Bahan-bahan alam, seperti batu, daun, ranting, pasir, tanah liat dan sebagainya
2.        Barang-barang bekas yang aman, seperti ban bekas, kardus bekas, kain perca, dan sebagainya
3.        Barang-barang gagal produksi, sehingga tidak bisa digunakan sesuai dengan fungsinya, misalnya peralatan dapur yang cacat produksi, sandal yang tidak sesuai ukuran, dan lain-lain
Dengan demikian, “open ended materials” bukanlah “toys” atau mainan jadi yang siap dimainkan oleh anak. Anak distimulasi untuk membuat sendiri alat permainannya. Di sinilah kreativitas anak diharapkan berkembang dengan baik.
Bahan-bahan yang tersedia dan dapat digunakan dengan mudah oleh anak (open ended materials) merupakan salah satu bentuk dukungan yang bisa diberikan oleh pendidik, sehingga STEM dapat terintegrasi dalam kegiatan bermain. Dukungan lain yang diberikan oleh pendidik antara lain :
1.        Membangun kepekaan anak, melalui pengamatan dengan menggunakan seluruh panca indera
2.        Motivasi agar anak bersemangat, terlibat dan luas gagasan/ide kreatif melalui berbagai pertanyaan terbuka (open ended questions) atau pertanyaan yang memiliki kemungkinan lebih dari satu jawaban
3.        Suasana yang ramah, interaktif, menyenangkan, yang membuat anak merasa betah, bahagia
Oleh karena itu, dalam implementasinya, kegiatan main yang dirancang ini mengacu pada siklus belajar (learning cycle), yang bersandar pada aliran konstruktivistik. Siklus belajar berpusat pada anak, yang menekankan pada fase-fase belajar, yang setiap fase merupakan sebuah siklus yang tidak prosedural atau tidak mengacu pada tahapan-tahapan baku. Dengan demikian, antar fase dapat saling bertukar, misalnya, seorang anak dapat mulai dari fase 1 – 2 – 3 dan seterusnya, tapi, bisa pula dari fase 2 – 3 – 1, dan seterusnya. Fase-fase ini  terjadi pada anak usia dini ketika bermain. Dalam kegiatan main yang bermuatan STEM, dikenal dengan 6E (emphatized, explore, extend, engage, explain dan evaluate), Pendidik memiliki peran untuk menguatkan dan memperkaya pengalaman anak pada setiap siklus.
Siklus belajar sangat sesuai dengan Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini, yang menekankan pada inkuiri, yang pada dasarnya dimulai dari eksplorasi, pengembangan konsep dan ekspansi. Siklus belajar tersebut digambarkan secara skematis sebagai berikut.



Skema di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.    Membangun empati (Emphatized)
Empati adalah kemampuan untuk berbagai dan memahami emosi orang lain. Empati diperlukan agar anak dapat merespons situasi dengan tepat. Emphatized di sini dimaksudkan untuk membangun kepekaan terhadap lingkungan/situasi/kondisi, sehingga dapat memberikan respons yang tepat. Misalnya :
a.      Ketika melihat adanya sampah berserakan, anak dibangun kepekaan untuk mengetahui bahwa hal tersebut merupakan masalah yang harus diselesaikan dan agar dapat merespons dengan tepat, misalnya dalam bentuk berbagai ide untuk mengumpulkannya  atau membuat tempat sampah
b.      Ketika anak diajak mengunjungi teman yang sakit, anak dibangun kepekaannya, agar muncul ide untuk meringankan kesedihan temannya yang sedang sakit.

2.    Melakukan eksplorasi (Explore)
Eksplorasi akan menumbuhkan rasa ingin tahu anak, oleh karena itu, pendidik hendaknya memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan eksplorasi. Kesempatan ini dapat diberikan melalui penyediaan berbagai alat dan bahan yang tepat, yang dapat dieksplorasi oleh anak dengan menggunakan seluruh panca inderanya. Di sisi lain, pendidik juga menyediakan waktu yang cukup bagi anak untuk melakukan eksplorasi. Pada saat anak melakukan eksplorasi, peran pendidik adalah sebagai pengamat dan fasilitator, sementara anak mencari tahu dan mencari jawaban atas rasa ingin tahunya. Pendidik tidak memberi tahu, tetapi memfasilitasi dan memberikan pijakan agar anak menemukan sendiri jawabannya. Bantuan pendidik yang diberikan kepada anak bersifat minimal, sesuai dengan kebutuhan anak.

3.    Memperluas ide/gagasan (Extend)
Pada fase ini, anak memperluas pengetahuan dan pengalamannya, sehingga rasa ingin tahunya semakin kuat. Pendidik dapat memberikan tantangan atau permasalahan sederhana, untuk merangsang ide kreatif anak, serta mendorong anak untuk melakukan investigasi.
Dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu pada STEM, pendidik dapat memberikan tantangan seperti :
a.    Berapa banyak kayu yang dapat kamu susun ke atas sehingga seimbang
b.   Apa yang dapat kamu lakukan untuk mengumpulkan sampah?

Pendidik juga bisa mengajak anak untuk melakukan investigasi agar mendapatkan pengalaman yang lebih kaya, misalnya ketika pendidik dan anak-anak selesai berjalan-jalan di halaman sekolah yang terdapat sampah berserakan, pendidik dapat menanyakan kepada anak seperti :
a.    Apa saja jenis sampah di halaman yang kamu temukan?
b.   Bagaimana mengelompokkan sampah berdasarkan jenisnya?
c.    Untuk apa saja sampah bisa dimanfaatkan?
d.   Apa bahaya dari banyaknya sampah yang berserakan?
e.    Mengapa banyak sampah di halaman?

4.    Menjelaskan (Explain)
Pada siklus ini, anak telah menemukan ide/gagasan, dan menyampaikan kepada pendidik atau teman. Anak saling berbagi ide, sehingga tanpa disadari, anak belajar belajar berbagi, berkomunikasi, menghargai ide orang lain, dan mendengarkan. Pendidik memiliki peran untuk memotivasi anak agar mau dan mampu menyampaikan ide/gagasan.

5.    Terlibat (Engage)
Pada siklus ini, anak merasa nyaman dengan kegiatan yang dilakukan, karena terlibat aktif, sehingga tekun dalam melakukan aktivitas main yang dipilihnya. Pendidik dapat memberikan motivasi sehingga anak semakin terlibat aktif dalam pengalaman belajar, dan dapat mencapai kompetensi dasar. Agar anak terlibat lebih jauh, peran aktif pendidik sangat diperlukan. Peran tersebut antara lain :
a.    Memotivasi anak
b.   Memperluas dan memperkuat ide/gagasan anak
c.    Memperkuat bahasa anak
d.   Menyediakan alat dan bahan yang tepat, yang dapat dipergunakan untuk memperluas ide/gagasan/karya anak

6.    Melakukan evaluasi (Evaluate)
Pada tahap ini, pendidik dan anak melakukan recalling, yaitu mengajak anak untuk mengingat kembali pengalaman belajarnya, termasuk perasaan anak. Selain itu, anak juga diajak untuk melakukan evaluasi terhadap hal-hal yang sudah dilakukan, sehingga mendapatkan sesuatu yang optimal. Contoh :
a.    Anak membuat pesawat terbang dari kertas, ternyata setelah dilempar ke udara, langsung menukik jatuh. Anak diajak melakukan evaluasi untuk memperkirakan penyebabnya dan diberi kesempatan untuk membuat pesawat terbang yang lebih optimal dan dapat melayang lebih lama di udara
b.   Anak sedang membuat berbagai bentuk dari playdough, ternyata bentuk yang dibuat belum dibuat sempurna. Anak diajak berdiskusi untuk memprediksi penyebabnya dan diberi kesempatan untuk membuat kembali (bisa berulang-ulang, sesuai minat anak), sehingga mendapatkan hasil yang optimal.

Ketika kegiatan bermain pendidik dapat memberikan inspirasi pada anak, sebagai fasilitator dan motivator. Hal ini berbeda dari kegiatan main yang saat ini banyak terjadi, sebagaimana disajikan berikut ini.

Tabel 1.
Perbedaan Antara Kegiatan Bermain Pada Umumnya dengan
Kegiatan Bermain dengan Muatan STEM

No.
Substansi
Kegiatan Bermain
 (Pada Umumnya)
Kegiatan Bermain dengan Muatan STEM
1.
Pusat pembelajaran
Pendidik
Anak
2.
Peran pendidik
Dukungan yang diberikan seringkali terlalu banyak, sehingga kurang mendorong kemandirian
Dukungan diberikan sesuai kebutuhan
3.
Alat dan bahan
a.    Kebanyakan menggunakan mainan jadi, baik yang pabrikan, maupun yang dibuat oleh pendidik
b.    Berbasis kertas dan pensil
a.       Alat dan bahan yang dapat dimanipulasi/dikreasikan atau direkacipta  oleh anak
b.      Alat dan bahan tidak terbatas
4.
Aspek perkembangan
Seringkali lebih menekankan pada aspek kognitif, terutama kemampuan membaca, menulis dan berhitung
Mengembangkan kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis dan kreatif, yang tercermin pada ketercapaian seluruh aspek perkembangan (nilai agama dan moral, fisik motorik, bahasa, kognitif, sosial emosional, seni)
5.
Perencanaan pembelajaran
a.       Program semester
b.       Rencana pelaksanaan pembelajaran mingguan (RPPM)
c.        Rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH)
a.      Program semester
b.     Rencana pelaksanaan pembelajaran mingguan (RPPM)
c.     Rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH)
6.
Pelaksanaan pembelajaran
a.    Pendidik lebih banyak memberikan contoh karya yang harus dibuat oleh anak.
b.   Pendidik lebih banyak memberikan pertanyaan tertutup
a.     Anak memiliki kebebasan untuk mencipta.
b.    Pendidik lebih banyak memotivasi dengan memberikan pertanyaan terbuka
7.
Penilaian perkembangan anak
a.    Penilaian perkembangan anak, seringkali didasarkan atas salah/benar, baik/buruk.
b.   Lebih menekankan pada hasil
a.    Penilaian perkembangan didasarkan pada proses daripada hasil.
b.   Anak diberi kesempatan untuk salah, karena ketika membuat kesalahan anak mendapatkan kesempatan untuk melakukan perbaikan guna mengoptimalkan desain/hasil karya

Dengan demikian, anak memiliki kesempatan yang luas untuk mengembangkan potensinya. Anak memiliki “kemerdekaan” dalam bermain dan beraktivitas. Pendidik berperan sebagai fasilitator, motivator, pemberi inspirasi (sejauh diperlukan), pemberi dukungan (scaffolding), sehingga anak tumbuh dan berkembang secara optimal.


Surabaya, 06022020

Salam, Widya Ayu

2 komentar:

  1. Mencerahkan. Semoga semakin banyak pendidik PAUD yang benar-benar BENAR dalam memahami pentingnya bermain dan permainan yang tepat untuk optimalisasi tumbuh kembang AUD.

    BalasHapus
  2. Identifikasi dan klasifikasi adalah kompetensi krusial. Itu yg kurang pd sekolah kuta sehingga bangsa ini semakin miskin karena aspek ini lemah. Jepang, korea, china, Singapore bahkan saat ini sangat kuat di sisi ini

    BalasHapus