Kamis, 06 Februari 2020

MERDEKA BERMAIN DAN BELAJAR DALAM KONTEKS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak usia sejak lahir hingga 6 tahun, yang dapat dilaksanakan di satuan pendidikan maupun dalan keluarga dan lingkungannya. Pendidikan anak usia dini ditujukan untuk menyiapkan anak agar siap memasuki jenjang pendidikan dasar serta kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, sesungguhnya, pendidikan anak usia dini merupakan suatu proses pembangunan fondasi – apabila kita ibaratkan membangun suatu gedung, fondasi harus kokoh, agar siap terhadap segala situasi ketika sudah berdiri menjadi sebuah gedung.

Fondasi ini sesungguhnya adalah karakter, sehingga pendidikan anak usia dini merupakan proses penanaman dan pembentukan karakter unggul serta mulia, agar kelak anak akan siap menghadapi berbagai perubahan, tuntutan, maupun tantangan di masa depan. Proses pembangunan karakter dilakukan melalui keteladanan, pembiasaan dan berbagai kegiatan main, baik di keluarga, lingkungan, maupun satuan PAUD.

Di satuan PAUD, proses penanaman karakter berlangsung sepanjang waktu, setiap hari, sepanjang tahun, melalui berbagai aktivitas bermain. Aktivitas bermain merupakan salah satu pilihan tepat, karena dunia anak adalah dunia bermain, sehingga dengan bermain, anak akan gembira. Manakala anak gembira, maka akan dengan mudah menyerap berbagai informasi, dengan demikian, anak belajar. Belajar dalam situasi gembira akan memudahkan anak untuk menerima dan memproses serta mempergunakan kembali berbagai informasi yang diterima melalui pancaindera. Dengan demikian, kecerdasan anak terstimulasi dengan baik.

Agar anak belajar dengan gembira, aktivitas yang dilakukan bermain yang bermakna. Bermain yang bermakna berarti memenuhi ciri-ciri bermain. Ciri-ciri bermain antara lain menyenangkan, sukarela, spontan, fleksibel, aktif, mengutamakan proses bukan hasil akhir, melibatkan sebagian besar organ tubuh. Ketika suatu aktivitas tidak menunjukkan ciri-ciri tersebut, maka dapat dikatakan bukan bermain, atau, bermain tetapi tidak merdeka. Pertanyaannya, sudahkah anak-anak kita merdeka dalam bermain dan belajar, terutama ketika berada di satuan PAUD? Anak-anak yang merdeka akan berkembang potensinya secara optimal.


Merdeka Bermain dan Belajar


Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini sesungguhnya telah memiliki “ruh” merdeka belajar. Anak diberi kebebasan untuk bereksplorasi, melakukan pengamatan, percobaan, menanya, sehingga mendapatkan berbagai pengayaan pengetahuan, pengalaman dan kecakapan hidup. Hal ini tampak betul dari pendekatan saintifik melalui bermain. Pendekatan ini memberikan kesempatan yang luas bagi anak untuk mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar dan mengomunikasikan. Mengamati memungkinkan anak untuk memperkaya pengetahuan dan pengalamannya melalui kegiatan mengindera (melihat, menghidu, mendengarkan, merasa, meraba). Dengan demikian, selain mendapatkan banyak informasi melalui pancaindera, kepekaannya pun secara tidak langsung terstimulasi. Menanya memungkinkan anak usia ini mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, disamping juga membangun kecakapan berbahasa. Mengumpulkan informasi sebenarnya sudah dilakukan sejak mengamati dan menanya, akan tetapi, pada fase ini, anak menggali lebih dalam informasi yang ingin diketahuinya, dan belum menemukan jawabannya pada saat mengamati maupun menanya. Menalar merupakan suatu proses kognitif untuk menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang baru saja didapat dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki oleh anak. Kemampuan anak untuk menalar ditunjukkan dengan kecakapan untuk mengelompokkan atau membuat klasifikasi, membandingkan, membedakan, membuat urutan atau seriasi. Mengomunikasikan merupakan kemampuan untuk mengekspresikan pikiran, ide, gagasan, imajinasi anak, baik secara verbal maupun non verbal. Secara verbal, anak dapat melakukannya secara lisan, misalnya dengan bercerita. Secara non verbal, anak dapat mengekspresikan dalam bentuk hasil karya, misalnya dalam bentuk coretan, gambar, lukisan, desain benda/bentuk tertentu, dan sebagainya.

Pendekatan saintifik tersebut membangun dan mengembangkan keingintahuan anak, serta mendorongnya untuk menemukan berbagai hal yang ingin diketahuinya. Inilah pembelajaran inkuiri (inquiry learning). Pembelajaran inkuiri memungkinkan anak membuat koneksi yang terintegrasi di antara banyak hal. Anak berpartisipasi aktif dalam kegiatan bermain. Anak adalah subyek, sehingga pembelajaran yang dilakukan berpusat pada anak.

Oleh karena itu, pendidik ditantang untuk mampu merangsang kecakapan berpikir kritis dan memfasilitasi anak, dengan menyiapkan beragam kegiatan main yang dapat dipilih oleh anak, serta alat dan bahan main yang tepat, yang dapat dikreasikan dan dimanipulasi oleh anak. Anak merdeka untuk bermain dan belajar.

Akan tetapi, seringkali, bukan demikian kenyataan yang terjadi. Anak seringkali sangat dibatasi oleh waktu ketika bermain dalam satu ragam main, dan sebelum anak tuntas bermain, diharuskan pindah ke kegiatan main yang lainnya, yang sudah disiapkan, sehingga, dalam satu kali pertemuan, anak harus memainkan seluruh ragam main yang sudah disiapkan, meskipun mungkin tidak berminat. Kalau sudah demikian, maka, apakah anak-anak kita sudah merdeka dalam bermain dan belajar. Di banyak tempat, kita dapat mengatakan bahwa mereka belum merdeka dalam bermain dan belajar.

Belum lagi, di berbagai satuan PAUD, anak masih dituntut untuk mengerjakan dan menyelesaikan LKS, bahkan diberi pekerjaan rumah (PR). Anak juga dituntut untuk menghafalkan sejumlah materi, yang seringkali tidak sesuai dengan tahap perkembangannya. Tuntutan ini ditambah pula dengan keharusan untuk mampu membaca, menulis dan berhitung sebelum anak siap. Sungguh, kemerdekaan dalam bermain dan belajar tak lagi dimiliki oleh anak usia dini. Ketika anak tidak dibebani dengan berbagai tuntutan yang sesungguhnya belum sesuai dengan tahap perkembangannya, maka saat itulah kemerdekaan dalam bermain dan belajar terjadi. Oleh karena itu, perlahan-lahan, paradigma kita dalam melaksanakan pendidikan anak usia dini harus mulai berubah. Anak hendaknya diberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang seluas-luasnya. Peran pendidik adalah sebagai motivator dan fasilitator.

Dengan demikian, merdeka dalam bermain dan belajar dalam konteks pendidikan anak usia dini, berarti bahwa :

1. Anak memiliki kesempatan untuk memilih aktivitas main sesuai dengan minat dan kebutuhannya
2. Anak tidak dibebani untuk menyelesaikan lembar kerja, yang bahkan kemudian dijadikan sebagai pekerjaan rumah yang harus diselesaikan
3. Anak memiliki kesempatan yang luas untuk berinteraksi dengan teman sebaya, anggota keluarga, guru dan orang dewasa lainnya di lingkungan sekitar
4.    Anak memiliki kesempatan untuk membuat alat permainannya sendiri
5. Anak memiliki akses yang luas terhadap material yang terbuka, yang dapat dimanipulasi, diubah, dikreasikan oleh anak, sesuai dengan ide, pikiran, gagasan dan imajinasinya.
6.    Anak diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat, ide, gagasan, dan imajinasinya
7. Anak diberi kesempatan untuk lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan, alam dan benda-benda nyata
8.    Anak memiliki kesempatan untuk mengamati, bertanya, mencoba dan mencipta
9. Pembelajaran lebih mengutamakan proses, karena hal ini penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Pembelajaran diarahkan pada penanaman karakter dan pembekalan kecakapan hidup dasar.
10.Peran pendidik adalah sebagai motivator, fasilitator, pemberi inspirasi, pemberi pijakan/dukungan bagi kebutuhan pengembangan potensi, pertumbuhan dan perkembangan.

Kesimpulan

       Anak memerlukan lingkungan dan situasi yang tepat untuk tumbuh dan berkembang. Sebagaimana biji yang sedang tumbuh, butuh tanah yang subur, air, sinar matahari, udara, dan bahkan pupuk yang memadai.  Tanpa adanya itu, biji tak akan tumbuh menjadi pohon yang kokoh, yang kemudian berbunga dan berbuah. Demikian pula anak, bila lingkungan dan situasi tidak kondusif, maka tidak akan tumbuh dan berkembang secara optimal. Merdeka dalam bermain dan belajar, itulah yang diperlukan oleh anak.


Surabaya, 07022020

Salam, Widya Ayu P

Tidak ada komentar:

Posting Komentar