Sebagai orangtua, sudah barang
tentu kita mengharapkan anak yang sehat, cerdas, ceria, berakhlak mulia,
tangguh serta siap menapaki kehidupan masa depan. Inilah impian kita bersama,
impian orangtua, masyarakat dan bangsa ini.
Namun demikian, sebagai
orangtua - tempat pertama dan utama bagi
anak untuk belajar dan bertumbuh – kita sering melalaikan tanggung jawab kita
atas pendidikan anak. Kita menyerahkan begitu saja pada lembaga pendidikan,
seperti sekolah, kursus atau lembaga-lembaga lainnya. Kita menuntut lembaga tersebut untuk membuat
anak-anak kita pandai, cerdas, dan mulia.
Contoh sederhana yang sering kita
lalaikan adalah menemani anak bermain dan belajar. Kita mengabaikan kebutuhan
mereka untuk dekat dengan kita, karena berbagai alasan, seperti kesibukan kita
dalam pekerjaan kantor, pekerjaan rumah tangga, atau urusan-urusan lainnya.
Kita sulit sekali meluangkan waktu untuk anak kita, meski hanya
SATU JAM SAJA. Satu jam yang sangat bermakna bagi anak-anak, sementara kita
punya banyak waktu untuk “ngerumpi”, “kongkow-kongkow”, atau melakukan
aktivitas lain bersama orang lain. Sungguh sangat ironis.
Kita menghadirkan anak-anak di
dunia ini untuk kita sayangi, kita perhatikan, kita penuhi dan lindungi
hak-haknya, tapi ternyata kita banyak
mengabaikan. Kedekatan bersama anak dibangun
sejak dini, bukan dirajut ketika mereka dewasa. Ketika kedekatan ini tidak
terbangun, maka akan muncul sekat-sekat dalam hubungan kita bersama anak-anak kelak
ketika mereka dewasa.
Anak-anak tidak akan terus
menjadi anak-anak. Mereka akan tumbuh dewasa, memiliki sayap-sayapnya sendiri
untuk terbang menjauh dari kita. Bila kita tidak memiliki ikatan yang kuat,
mereka akan terbang tinggi, jauh meninggalkan kita, sehingga kita akan menjadi
orangtua yang kesepian di hari tua.
Anak-anak akan berkata (dalam
hati, mungkin) : AYAH BUNDA TINGGALKAN AKU, KETIKA AKU MEMBUTUHKAN, MAKA ITULAH
YANG TELAH AYAH BUNDA AJARKAN PADAKU. AKUPUN AKAN PERGI KETIKA AYAH BUNDA
MEMERLUKANKU.
Tentu kita semua sebagai orangtua
tidak mengharapkan hal yang demikian terjadi. Maka dari itu, inilah saatnya
kita merengkuh mereka, memeluknya dalam kehangatan cinta kita, menyatakan bahwa
kita mencintai dan menghargainya dalam setiap detik kehidupannya.
Jadi, luangkanlah waktu untuk
anak-anak kita, mata air kehidupan. Satu jam saja dari dua puluh empat jam yang
kita miliki dalam sehari, tentu bukan waktu yang lama (Hanya 4,167% dari waktu kita dalam sehari).
Satu jam saja untuk menemaninya
bermain dan belajar, mendengarkan jiwa dan raganya yang sedang tumbuh dan
berkembang. MARI KITA MULAI DARI DETIK INI..........
(Salam, Widya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar