Ketika bayi dilahirkan
ke dunia, dia memerlukan interaksi dengan orang lain. Interaksi inilah dasar
bagi perkembangan sosial emosional seorang anak. Ketika dia berinteraksi,
berbagai pengetahuan dan pengalaman baru terbentuk dan dikuatkan. Anak
memperkaya bahasa dan kemampuan komunikasinya berkat adanya interaksi sosial.
Dalam perkembangannya, anak mempelajari
berbagai aturan, norma dan nilai, juga melalui interaksi sosial.
Interaksi sosial yang
sehat dan positif membantu meningkatkan perkembangan sosial emosional yang
baik. Ketika kita berbicara masalah sosial emosional, ada dua hal yang
terlibat, yaitu hubungan sosial dan perkembangan emosi. Hubungan sosial
menyangkut hubungan anak dengan orang lain di sekitarnya, termasuk orangtua,
teman sebaya, saudara kandung ataupun orang dewasa lainnya. Anak perlu memiliki
hubungan sosial yang luas sehingga mudah menyesuaikan diri. Salah satu hal yang
dapat dilakukan adalah meningkatkan frekuensi bermain dengan teman sebaya.
Interaksi anak dengan teman sebaya dapat mengurangi sifat egosentris anak,
serta memahami berbagai aturan sosial.
Emosi merupakan suatu
konseptualisasi yang sangat penting dalam ranah perkembangan anak.
Mendefinisikan emosi tidaklah mudah, tetapi beberapa ahli menyatakan bahwa
emosi merupakan perasaan atau afeksi yang timbul ketika seseorang sedang berada
dalam suatu keadaan atau suatu interaksi yang dianggap penting olehnya,
terutama well being dirinya (Campos, 2004; Saarni, dkk, 2006).
Kemampuan pengendalian
emosi sangatlah diperlukan dalam interaksi sosial, dan pada anak usia dini
sedang dalam proses perkembangan, sehingga sering terlihat kecenderungan tidak
stabil. Ketidakstabilan tersebut tampak dari ekspresi yang mudah dan cepat
sekali berubah. Sebagai contoh, seorang anak dapat tertawa terbahak-bahak,
padahal baru saja menangis meraung-raugn. Oleh karena itu, anak perlu dibekali
kemampuan mengendalikan emosi melalui contoh yang baik serta pembiasaan sejak
dini.
Contoh yang baik ini
berasal dari orang yang ada di dekat anak, seperti orangtua, guru, saudara atau
orang dewasa lain. Apabila anak dikelilingi oleh orang-orang yang memiliki
pengendalian emosi yang baik, maka dia akan memiliki kecenderungan pengendalian
emosi yang baik, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, kita sebagai orang
dewasa yang erat berinteraksi dengan anak hendaklah memiliki kematangan dalam
pengendalian emosi, sehingga dapat menjadi contoh yang baik bagi anak-anak.
(Surabaya, 10 Desember 2011; Salam, Widya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar