Anak yang
berbicara menggunakan bahasa lisan, menurut beberapa penelitian, tampak lebih
sukses apabila dibandingkan dengan anak yang kurang fasih dalam berbicara (Fey,
Catts & Larrivee, 1995). Pada anak yang sudah mulai belajar membaca dan
menulis, menggunakan pengetahuan bahasa lisan sebagai dasar untuk mengungkapkan
pengetahuan dan pengalaman barunya. Anak dengan kemampuan bicara yang baik,
mampu mengekspresikan pikirannya dan berinteraksi sosial dengan baik. Dasar
dari kemampuan bicara yang baik adalah kosakata, produksi dam pemahaman
sintaksis, kesadaran fonemik, dan produksi serta kesadaran naratif. Kemampuan
berbicara akan mendorong perkembangan bahasa, baik dalam bentuk reseptif maupun
ekspresif. Kemampuan bahasa reseptif akan berkembang ketika anak mendapatkan
banyak kesempatan untuk mendengarkan dan memahami arahan serta instruksi
sederhana, baik dari orangtua, guru maupun teman sebaya. Dengan demikian, anak
yang memiliki kesempatan luas untuk melakukan interaksi sosial, akan memiliki
perkembangan bicara dan bahasa yang baik, asalkan tidak terdapat gangguan pada
otak atau persarafan yang mengendalikan perkembangan tersebut. Dengan demikian,
interaksi sosial membantu memperluas kemampuan berbicara anak.
Di sisi lain,
perkembangan bicara juga mendorong kemampuan interaksi sosial yang luas. Anak
yang mampu melakukan percakapan dan merespons pembicaraan orang lain juga akan
lebih diterima, sementara anak yang kesulitan berbicara akan cenderung
diabaikan dari interaksi sosial informal atau interaksi kolaboratif.
Ketidakmampuan dalam keberhasilan partisipasi suatau percakapan atau
ketidakmampuan dalam mengartikulasikan secara jelas bunyi kata akan menurunkan
perasaan suka anak lain, untuk berusaha berbicara atau bermain (Otto, 2015).
Perkembangan
bicara pada anak usia dini merupakan salah satu aspek perkembangan penting,
karena mempengaruhi aspek-aspek perkembangan lainnya. Pada setiap tahap
pertambahan usia, perkembangan bicara anak semakin terlihat, yaitu semakin kompleks.
Pada saat bayi dilahirkan, dia berkomunikasi dengan tangisan, seiring dengan
bertambahnya usia, bayi kemudian membuat suara-suara, seperti ah... eh.. uh... yang disebut dengan cooing(suara tidak beraturan). Bayi juga
senang sekali berkesperimen dengan berbagai bunyi yang dapat dihasilkannya,
lalu dilanjutkan dengan mulai mengenali emosi dan mengoceh (babling). Babling biasanya diucapkan
dengan suku kata tunggal, menggunakan huruf-huruf bilabial, misalnya papapa... mamama... bababa..., Inilah
sesungguhnya tahap awal perkembangan bicara. Ocehan adalah bunyi eksplosif awal
yang disebabkan oleh gerakan mekanisme suara. Agar perkembangan bicara menjadi
optimal, lingkungan yang kaya stimulasi akan sangat mendukung.
Owens, 2001,
menyebutkan bahwa terdapat sekitar 10% anak sekolah dasar yang memiliki
beberapa jenis gangguan komunikasi. Misalnya, anak dengan gangguan pendengaran,
mengalami kesulitan dalam bahasa reseptif. Anak yang memiliki masalah
memproduksi bunyi tertentu mengalami kesulitan dengan bahasa ekspresif. Anak
yang berisiko mengalami gangguan berbicara dan bahasa selama masa prasekolah
termasuk yang sering terkena infeksi
telinga, tidak berbicara atau memiliki ujaran yang terbatas, mengalami masalah
berinteraksi (Patterson & Wright, 1990). Ada atau tidaknya kecenderungan
keterlambatan bicara dapat dideteksi melalui penilaian yang dilakukan oleh
guru, orangtua ataupun tenaga profesional.
Oleh karena itu,
perkembangan bicara perlu diamati dan dicatat, sehingga gambarannya dapat
diketahui dari waktu ke waktu. Gambaran perkembangan ini menjadi hal yang
penting, agar apabila terdapat kemungkinan keterlambatan atau penyimpangan,
dapat diketahui kemudian dilakukan stimulasi dan intervensi dini. Deteksi,
stimulasi dan intervensi dini dapat dilakukan bersama-sama antara guru,
orangtua dan tenaga profesional. Dengan demikian, akan didapatkan hasil yang
komprehensif tentang perkembangan bicara anak.
Penilaian
perkembangan bicara anak dapat dilakukan melalui pengamatan, pencatatan dan
pendokumentasian setiap aktivitas yang terkait dengan hal tersebut. Penilaian
tersebut hendaknya dilakukan secara berkala dan sistematis, sehingga tren atau
kecenderungannya dapat diketahui. Penilaian sangat penting artinya untuk
deteksi, stimulasi maupun intervensi dini, sehingga sedapat mungkin anak
mengalami perkembangan bicara yang optimal sesuai dengan usianya. Perkembangan
bicara yang optimal sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak selanjutnya,
terutama dalam mengembangkan interaksi dan sosialisasi dalam rangka penyesuaian
sosial dengan teman sebaya, orangtua, guru, maupun orang lain di sekitar anak. ... (Salam Widya, Surabaya, 14 Maret 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar