Selasa, 14 Maret 2017

PERKEMBANGAN BICARA ANAK USIA DINI

Anak yang berbicara menggunakan bahasa lisan, menurut beberapa penelitian, tampak lebih sukses apabila dibandingkan dengan anak yang kurang fasih dalam berbicara (Fey, Catts & Larrivee, 1995). Pada anak yang sudah mulai belajar membaca dan menulis, menggunakan pengetahuan bahasa lisan sebagai dasar untuk mengungkapkan pengetahuan dan pengalaman barunya. Anak dengan kemampuan bicara yang baik, mampu mengekspresikan pikirannya dan berinteraksi sosial dengan baik. Dasar dari kemampuan bicara yang baik adalah kosakata, produksi dam pemahaman sintaksis, kesadaran fonemik, dan produksi serta kesadaran naratif. Kemampuan berbicara akan mendorong perkembangan bahasa, baik dalam bentuk reseptif maupun ekspresif. Kemampuan bahasa reseptif akan berkembang ketika anak mendapatkan banyak kesempatan untuk mendengarkan dan memahami arahan serta instruksi sederhana, baik dari orangtua, guru maupun teman sebaya. Dengan demikian, anak yang memiliki kesempatan luas untuk melakukan interaksi sosial, akan memiliki perkembangan bicara dan bahasa yang baik, asalkan tidak terdapat gangguan pada otak atau persarafan yang mengendalikan perkembangan tersebut. Dengan demikian, interaksi sosial membantu memperluas kemampuan berbicara anak.
Di sisi lain, perkembangan bicara juga mendorong kemampuan interaksi sosial yang luas. Anak yang mampu melakukan percakapan dan merespons pembicaraan orang lain juga akan lebih diterima, sementara anak yang kesulitan berbicara akan cenderung diabaikan dari interaksi sosial informal atau interaksi kolaboratif. Ketidakmampuan dalam keberhasilan partisipasi suatau percakapan atau ketidakmampuan dalam mengartikulasikan secara jelas bunyi kata akan menurunkan perasaan suka anak lain, untuk berusaha berbicara atau bermain (Otto, 2015).
Perkembangan bicara pada anak usia dini merupakan salah satu aspek perkembangan penting, karena mempengaruhi aspek-aspek perkembangan lainnya. Pada setiap tahap pertambahan usia, perkembangan bicara anak semakin terlihat, yaitu semakin kompleks. Pada saat bayi dilahirkan, dia berkomunikasi dengan tangisan, seiring dengan bertambahnya usia, bayi kemudian membuat suara-suara, seperti ah... eh.. uh... yang disebut dengan cooing(suara tidak beraturan). Bayi juga senang sekali berkesperimen dengan berbagai bunyi yang dapat dihasilkannya, lalu dilanjutkan dengan mulai mengenali emosi dan mengoceh (babling). Babling biasanya diucapkan dengan suku kata tunggal, menggunakan huruf-huruf bilabial, misalnya papapa... mamama... bababa..., Inilah sesungguhnya tahap awal perkembangan bicara. Ocehan adalah bunyi eksplosif awal yang disebabkan oleh gerakan mekanisme suara. Agar perkembangan bicara menjadi optimal, lingkungan yang kaya stimulasi akan sangat mendukung.
Owens, 2001, menyebutkan bahwa terdapat sekitar 10% anak sekolah dasar yang memiliki beberapa jenis gangguan komunikasi. Misalnya, anak dengan gangguan pendengaran, mengalami kesulitan dalam bahasa reseptif. Anak yang memiliki masalah memproduksi bunyi tertentu mengalami kesulitan dengan bahasa ekspresif. Anak yang berisiko mengalami gangguan berbicara dan bahasa selama masa prasekolah termasuk  yang sering terkena infeksi telinga, tidak berbicara atau memiliki ujaran yang terbatas, mengalami masalah berinteraksi (Patterson & Wright, 1990). Ada atau tidaknya kecenderungan keterlambatan bicara dapat dideteksi melalui penilaian yang dilakukan oleh guru, orangtua ataupun tenaga profesional.
Oleh karena itu, perkembangan bicara perlu diamati dan dicatat, sehingga gambarannya dapat diketahui dari waktu ke waktu. Gambaran perkembangan ini menjadi hal yang penting, agar apabila terdapat kemungkinan keterlambatan atau penyimpangan, dapat diketahui kemudian dilakukan stimulasi dan intervensi dini. Deteksi, stimulasi dan intervensi dini dapat dilakukan bersama-sama antara guru, orangtua dan tenaga profesional. Dengan demikian, akan didapatkan hasil yang komprehensif tentang perkembangan bicara anak.

Penilaian perkembangan bicara anak dapat dilakukan melalui pengamatan, pencatatan dan pendokumentasian setiap aktivitas yang terkait dengan hal tersebut. Penilaian tersebut hendaknya dilakukan secara berkala dan sistematis, sehingga tren atau kecenderungannya dapat diketahui. Penilaian sangat penting artinya untuk deteksi, stimulasi maupun intervensi dini, sehingga sedapat mungkin anak mengalami perkembangan bicara yang optimal sesuai dengan usianya. Perkembangan bicara yang optimal sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak selanjutnya, terutama dalam mengembangkan interaksi dan sosialisasi dalam rangka penyesuaian sosial dengan teman sebaya, orangtua, guru, maupun orang lain di sekitar anak. ... (Salam Widya, Surabaya, 14 Maret 2017) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar