Perkembangan bicara anak perlu diketahui,
sehingga tampak tahap perkembangan bicara dan kemungkinan adanya gangguan atau
keterlambatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penilaian perkembangan bicara,
yang difokuskan pada tiga tujuan utama, yaitu :
1.
Mendokumentasikan perkembangan
bicara anak sebagai dasar untuk melaksanakan stimulasi dan intervensi
selanjutnya. Bagi guru PAUD, data perkembangan anak sangat bermanfaat untuk
menyusun program pembelajaran selanjutnya
2.
Mengecek kemungkinan terjadinya
keterlambatan bicara, sehingga dapat direncanakan tindak lanjut, terutama
apabila harus berhubungan dengan para profesional
3.
Melakukan diagnosis kemampuan
bicara anak pada beberapa bidang khusus yang kesulitan, misalnya artikulasi,
fonologi dan sebagainya
Penilaian
perkembangan bicara dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu penilaian formal dan
penilaian informal. Penilaian informal dalam pendidikan anak usia dini lebih
banyak dilakukan dengan observasi, danmendokumentasikannya melalui daftar
centang (checklist), catatan anekdot (anecdotal records) dan rekaman audio atau
video. Penilaian formal meliputi kegiatan untuk mendapatkan respon anak-anak
terhadap segala hal yang berkaitan dengan tugas perkembangan bicara, misalnya
dengan meminta anak mengungkapkan pendapatnya di depan anak lain atau kelompok.
Penilaian formal meliputi prosedur khusus untuk pengadministrasian, penilaian,
pelaporan maupun interpretasi. Kedua jenis penilaian tersebut memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Penilaian informal sering digunakan
untuk mendokumentasikan perkembangan bicara sementara penilaian formal lebih
sering digunakan untuk proses diagnosis, terutama untuk melakukan pemeriksaan
keterlambatan bicara serta mendiagnosis wilayah-wilayah khusus yang sulit dalam
perkembangan bahasa. Dengan demikian, penilaian informal lebih sering dan lebih
banyak digunakan terutama oleh pendidik PAUD.
Penilaian
perkembangan bicara hendaknya dilakukan secara berkelanjutan, sehingga pendidik
memiliki pemahaman yang komprehensif terhadap kemampuan berbicara anak, yang
dapat digunakan untuk melakukan penyesuaian dan pengembangan kurikulum,
sehingga sesuai dengan kebutuhan anak. Sebagai contoh, apabila pendidik melalui
observasi berulang kali mendapatkan bahwa perkembangan kosakata anak dalam
kondisi yang memerlukan perhatian, maka guru dapat memodifikasi kurikulum
sehingga dapat menggabungkan lebih banyak pengalaman dan kegiatan dengan konsep
yang kaya dan fokus pada pengembangan kosakata anak.
Sebagaimana
dikutip dari Bredekamp dan Copple, 1997, penilaian berkelanjutan hendaklah 1).
Berkelanjutan, strategis dan memiliki tujuan yang jelas, 2). Terutama meliputi
observasi dan gambaran perkembangan anak dan contoh-contoh pembelajarannya, dan
3). Mencerminkan kemajuan anak dalam mencapai tujuan-tujuan perkembangan.
Penilaian berkelanjutan tersebut sejalan dengan konsep penilaian otentik, yang
menekankan ciri-ciri berikut (Kostelnik, Soderman, dan Wirren, 2007; Morisson,
2009):
1. Berlangsung dalam konteks pembelajaran yang alami pada kegiatan
sehari-hari
2. Fokus pada hal-hal yang dilakukan anak-anak
3. Merupakan suatu kesatuan dalam kurikulum umum di kelas
Morisson (2009)
menyebut penilaian otentik sebagai penilaian yang berbasis pada pelaksanaan
pembelajaran.
Pengamatan
atau observasi sebagai cara yang paling sering digunakan dalam penilaian
informal, merupakan aktivitas yang fleksibel dan bisa diadaptasikan dengan
situasi khusus di kelas, tetapi guru harus memiliki pemahaman yang jelas
mengenai jenis perilaku atau pencapaian perkembangan bicara yang diamati.
Apabila pendidik tidak memahami standar pencapaian perkembangan bicara, maka
kesimpulan yang diambil tidak akan valid, sehingga dapat menghasilkan keputusan
yang tidak tepat. Oleh karena itu, pengamatan sebaiknya dilakukan beberapa kali
agar terlihat pola perkembangan bicara anak….. (Salam Widya, Surabaya 14 Maret 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar