Selasa, 14 Maret 2017

PENGAMATAN DAN PENCATATAN PERKEMBANGAN BICARA

Perkembangan bicara anak perlu diketahui, sehingga tampak tahap perkembangan bicara dan kemungkinan adanya gangguan atau keterlambatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penilaian perkembangan bicara, yang difokuskan pada tiga tujuan utama, yaitu :
1.         Mendokumentasikan perkembangan bicara anak sebagai dasar untuk melaksanakan stimulasi dan intervensi selanjutnya. Bagi guru PAUD, data perkembangan anak sangat bermanfaat untuk menyusun program pembelajaran selanjutnya
2.         Mengecek kemungkinan terjadinya keterlambatan bicara, sehingga dapat direncanakan tindak lanjut, terutama apabila harus berhubungan dengan para profesional
3.         Melakukan diagnosis kemampuan bicara anak pada beberapa bidang khusus yang kesulitan, misalnya artikulasi, fonologi dan sebagainya
Penilaian perkembangan bicara dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu penilaian formal dan penilaian informal. Penilaian informal dalam pendidikan anak usia dini lebih banyak dilakukan dengan observasi, danmendokumentasikannya melalui daftar centang (checklist), catatan anekdot (anecdotal records) dan rekaman audio atau video. Penilaian formal meliputi kegiatan untuk mendapatkan respon anak-anak terhadap segala hal yang berkaitan dengan tugas perkembangan bicara, misalnya dengan meminta anak mengungkapkan pendapatnya di depan anak lain atau kelompok. Penilaian formal meliputi prosedur khusus untuk pengadministrasian, penilaian, pelaporan maupun interpretasi. Kedua jenis penilaian tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Penilaian informal sering digunakan untuk mendokumentasikan perkembangan bicara sementara penilaian formal lebih sering digunakan untuk proses diagnosis, terutama untuk melakukan pemeriksaan keterlambatan bicara serta mendiagnosis wilayah-wilayah khusus yang sulit dalam perkembangan bahasa. Dengan demikian, penilaian informal lebih sering dan lebih banyak digunakan terutama oleh pendidik PAUD.
Penilaian perkembangan bicara hendaknya dilakukan secara berkelanjutan, sehingga pendidik memiliki pemahaman yang komprehensif terhadap kemampuan berbicara anak, yang dapat digunakan untuk melakukan penyesuaian dan pengembangan kurikulum, sehingga sesuai dengan kebutuhan anak. Sebagai contoh, apabila pendidik melalui observasi berulang kali mendapatkan bahwa perkembangan kosakata anak dalam kondisi yang memerlukan perhatian, maka guru dapat memodifikasi kurikulum sehingga dapat menggabungkan lebih banyak pengalaman dan kegiatan dengan konsep yang kaya dan fokus pada pengembangan kosakata anak.
Sebagaimana dikutip dari Bredekamp dan Copple, 1997, penilaian berkelanjutan hendaklah 1). Berkelanjutan, strategis dan memiliki tujuan yang jelas, 2). Terutama meliputi observasi dan gambaran perkembangan anak dan contoh-contoh pembelajarannya, dan 3). Mencerminkan kemajuan anak dalam mencapai tujuan-tujuan perkembangan. Penilaian berkelanjutan tersebut sejalan dengan konsep penilaian otentik, yang menekankan ciri-ciri berikut (Kostelnik, Soderman, dan Wirren, 2007; Morisson, 2009):
1.    Berlangsung dalam konteks pembelajaran yang alami pada kegiatan sehari-hari
2.    Fokus pada hal-hal yang dilakukan anak-anak
3.    Merupakan suatu kesatuan dalam kurikulum umum di kelas
Morisson (2009) menyebut penilaian otentik sebagai penilaian yang berbasis pada pelaksanaan pembelajaran.

Pengamatan atau observasi sebagai cara yang paling sering digunakan dalam penilaian informal, merupakan aktivitas yang fleksibel dan bisa diadaptasikan dengan situasi khusus di kelas, tetapi guru harus memiliki pemahaman yang jelas mengenai jenis perilaku atau pencapaian perkembangan bicara yang diamati. Apabila pendidik tidak memahami standar pencapaian perkembangan bicara, maka kesimpulan yang diambil tidak akan valid, sehingga dapat menghasilkan keputusan yang tidak tepat. Oleh karena itu, pengamatan sebaiknya dilakukan beberapa kali agar terlihat pola perkembangan bicara anak….. (Salam Widya, Surabaya 14 Maret 2017)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar