Hidup bersih sesungguhnya harus
menjadi bagian dari kebiasaan kita sehari-hari. “Bersih Pangkal Sehat”,demikian
slogan yang sering kita dengar semenjak kecil. Akan tetapi, kenyataannya
sungguh jauh berbeda. Kita memiliki kebiasaan yang jauh dari hidup bersih.
Sebagai contoh, perilaku
membuang sampah. Kita begitu biasa membuang sampah dimana-mana, bahkan ketika
tempat sampah telah disediakan, kita tetap membuang sampah tidak pada
tempatnya. Akan sangat ironis sekali, ketika kita berusaha membiasakan putra
putri kita untuk membuang sampah pada tempatnya, sementara kita sendiri sebagai
orang dewasa membuang sampah di mana-mana. Pernah juga saya melihat seorang ibu
membuang sampah berupa plastik dan kaleng dari kaca jendela mobilnya yang mewah, di tengah jalan raya,
sementara di sampingnya ada 2 anak balita sedang melihat perilaku tersebut.
Pastilah perilaku tersebut akan menjadi contoh yang sangat efektif untuk
ditiru.
Namun demikian, yang juga
banyak terjadi adalah tempat sampah tidak tersedia dengan memadai sehingga
ketika hendak membuang sampah, tidak dapat menemukan tempat sampah, sehingga
alternatifnya adalah membuang di sembarang tempat, atau mengantongi sampah
dalam saku atau tas kita. Ini terjadi pula pada anak-anak kita yang sudah
terbiasa membuang sampah pada tempatnya, pasti merasa tidak nyaman ketika harus
membuang di sembarang tempat. Jadi, tipsnya adalah, bawalah selalu kantong
plastik kecil untuk mengantongi sampah seandainya tidak tersedia tempat sampah.
Namun demikian, kebiasaan ini akan berubah ketika anak-anak sering melihat
orang dewasa membuang sampah sembarangan. Anak belajar dengan meniru. Apa yang
dilakukan oleh orang dewasa, akan ditiru oleh anak-anak, karena orang dewasa
adalah salah satu model perilaku bagi anak-anak.
Oleh karena itu, apabila kita
mengharapkan lingkungan yang bersih, menjadi tanggung jawab kitalah untuk
berperilaku bersih. Hal demikianlah yang akan ditiru oleh anak-anak kita.
(Surabaya, 23 Pebruari 2012;
Salam, Widya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar