Beberapa waktu yang lalu saya bepergian dan kebetulan
menggunakan pesawat udara. Pagi hari (agar tidak tertinggal pesawat) saya sudah
menuju bandara. Begitu sampai di bandara dan melewati petugas pemeriksaan, saya
langsung menuju counter check in, dan berdiri di belakang garis batas untuk
check in dan menunggu selesainya layanan pada calon penumpang yang ada di depan
saya. Saya belum juga dilayani,
tiba-tiba seorang ibu berdiri di depan saya untuk mengantri. Saya terkejut
dengan adanya adegan penyerobotan ini. Saya menepuk pundaknya, dan berkata,
“Bu, mohon maaf, antrian ibu ada di belakang saya”. Beliaunya menoleh sambil
berkata, “O, ibu sedang antri ya, saya kira kosong, kan jaraknya jauh. Maaf,
ya?’ Dia kemudian mundur ke belakang saya. Tak lama kemudian, seorang bapak
melakukan hal serupa, dan lagi-lagi saya menegurnya untuk mengantri dengan
tertib.
Jarak antara saya dengan calon penumpang yang ada di depan
saya memang agak jauh, sehingga terkesan ada ruang kosong, padahal sudah jelas
garis batas antrian untuk check in. Saya bertanya pada diri saya, apakah
kejadian ini timbul karena batas antrian memang tidak dipahami, ataukah kita
terbiasa tidak tertib mengantri. Saya berpikir, mungkin hal kedua inilah yang
terjadi. Sejak dini, kita tidak terbiasa antri dan lingkungan mendukung untuk
timbulnya hal tersebut.
Hal ini juga sering kita jumpai di jalan raya. Adegan saling
mendahului atau menyerobot merupakan pemandangan biasa kita jumpai dan menjadi
bagian dari keseharian dan kebiasaan kita. Mungkinkan kita bisa mengubah hal
tersebut untuk masyarakat yang lebih tertib? Semuanya berpulang pada diri kita
masing-masing. Coba kita tengok binatang “bebek”. Mereka bisa antri dengan
baik, mengapa kita tidak?
(Salam, Widya )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar