Kamis, 07 Juni 2012

MARI BELAJAR DARI BEBEK


Beberapa waktu yang lalu saya bepergian dan kebetulan menggunakan pesawat udara. Pagi hari (agar tidak tertinggal pesawat) saya sudah menuju bandara. Begitu sampai di bandara dan melewati petugas pemeriksaan, saya langsung menuju counter check in, dan berdiri di belakang garis batas untuk check in dan menunggu selesainya layanan pada calon penumpang yang ada di depan saya.  Saya belum juga dilayani, tiba-tiba seorang ibu berdiri di depan saya untuk mengantri. Saya terkejut dengan adanya adegan penyerobotan ini. Saya menepuk pundaknya, dan berkata, “Bu, mohon maaf, antrian ibu ada di belakang saya”. Beliaunya menoleh sambil berkata, “O, ibu sedang antri ya, saya kira kosong, kan jaraknya jauh. Maaf, ya?’ Dia kemudian mundur ke belakang saya. Tak lama kemudian, seorang bapak melakukan hal serupa, dan lagi-lagi saya menegurnya untuk mengantri dengan tertib.

Jarak antara saya dengan calon penumpang yang ada di depan saya memang agak jauh, sehingga terkesan ada ruang kosong, padahal sudah jelas garis batas antrian untuk check in. Saya bertanya pada diri saya, apakah kejadian ini timbul karena batas antrian memang tidak dipahami, ataukah kita terbiasa tidak tertib mengantri. Saya berpikir, mungkin hal kedua inilah yang terjadi. Sejak dini, kita tidak terbiasa antri dan lingkungan mendukung untuk timbulnya hal tersebut.

Hal ini juga sering kita jumpai di jalan raya. Adegan saling mendahului atau menyerobot merupakan pemandangan biasa kita jumpai dan menjadi bagian dari keseharian dan kebiasaan kita. Mungkinkan kita bisa mengubah hal tersebut untuk masyarakat yang lebih tertib? Semuanya berpulang pada diri kita masing-masing. Coba kita tengok binatang “bebek”. Mereka bisa antri dengan baik, mengapa kita tidak?
(Salam, Widya )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar